Dari Kitab Pararaton disebutkan bahwa saat itu Gajah Mada sedang menjabat sebagai patih Daha, dengan raja Dyah Wiyat.
Muncul dugaan bahwa Gajah Mada sengaja memancing amarah Ra Tanca dengan pura-pura tidak peduli sehingga Ra Tanca sendiri yang mengambil tindakan untuk menghabisi raja Jayanegara.
Setelah membunuh raja, Ra Tanca pun langsung dibunuh oleh Gajah Mada untuk menghilangkan jejak.
Maka, Gajah Mada berhasil menyelamatkan Dyah Wiyat dari nafsu buruk Jayanegara tanpa harus mengotori tangannya dengan darah raja itu.
Peneliti sejarah asal Belanda, N.J. Krom, dalam Hindoe-Javaansche Geschiedemis, yakin bahwa Gajah Mada adalah otak pembunuhan tersebut.
Slamet Muljana dalam Buku Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), mendukung versi bahwa Gajah Mada menyimpan dendam terhadap Jayanegara karena telah berbuat tidak senonoh pada istrinya.
Namun Muljana juga memaparkan versi lainnya, menurutnya, Gajah Mada pada hakikatnya tidak suka terhadap Jayanegara dan menggunakan Ra Tanca sebagai alat untuk mengakhiri nyawa raja yang memiliki tabiat buruk itu.
Kitab Pararaton juga mengungkapkan, Gajah Mada ternyata sudah bersiap di kamar raja tanpa diketahui Ra Tanca.
Maka sesaat setelah Jayanegara ditikam, Gajah Mada pun muncul dan segera membunuh Ra Tanca.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR