Intisari-Online.com - Pasca Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, banyak yang mempertanyakan kekuatan pasukan elite Afghanistan.
Sebab, pasukan elite Afghanistan sendiri sempat dilatih oleh pasukan Amerika Serikat (AS).
Namun apa yang terjadi dengan mereka sebelum Afghanistan jatuh ke tangan Taliban?
Dilansir dari kompas.com pada Senin (23/8/2021), nasib pasukan elite Afghanistan berubah usai pasukan AS meninggalkan negaranya satu per satu.
Mereka memang sempat dilatih dan dilengkapi peralatan canggih oleh pasukan AS.
Semua itu guna menjadi dasar mereka untuk melawan Taliban.
Kehilangan dukungan dari militer terkuat di dunia membuat pasukan elite Afghanistan kewalahan.
Mereka tidak bisa secepat dan seefektif dulu guna melawan serangan cepat Taliban di daerah-daerah pedesaan sebelum memasuki ibukota.
Mereka tidak pernah menyangka Taliban yang sempat hilang selama 20 tahun lamanya masih memiliki kekuatan mengerikan sehingga mampu berperang dengan mereka.
"Ini lebih menantang," kata Kepala Komando Operasi Khusus Mayor Jenderal Haibatullah Alizai.
Semangat pasukan elite Afghanistan makin runtuh tak kalah terjadi pembunuhan brutal kepada anggotanya namun tidak ada bala bantuan yang datang.
Kejadian itu baknya ilustrasi gamblang tentang bagaimana mereka bisa terisolasi dan dikalahkan.
Padahal, sebelum itu pasukan elite Afghanistan tidak pernah kalah dalam pertempuran.
Tentu saja itu berkat peralatan militer canggih milik militer AS.
Mengenakan kacamata penglihatan malam, senapan buatan AS, dan peralatan tempur modern lainnya, pasukan khusus Afghanistan sempat mengejutkan Taliban ketika mereka pertama kali muncul pada 2008.
Pada saat itu, pasukan elite Afghanistan dengan cepat memberantas Taliban.
"Mereka sangat bagus. Mereka sangat terlatih. Mereka tahu cara menembak, bergerak, dan berkomunikasi," Todd Helmus, analis RAND Corporation yang berbaur dengan tentara di lapangan pada 2013, kepada AFP.
Dalam 10 tahun, jumlah mereka bertambah banyak, walau tidak diketahui angka pastinya.
Namun, dua sumber keamanan mengatakan kepada AFP, ada sekitar 56.000 personel pasukan khusus yang terdiri dari tentara, polisi, dan dinas intelijen.
Sayangnya ketika tugas pasukan AS di negaranya hampir selesai, maka pasukan elite Afghanistan akan menjadi garis pertahanan terakhir melawan Taliban.
"Satu-satunya hal yang menghambat kemajuan Taliban saat ini adalah pasukan khusus dan angkatan udara," ujar Vanda Felbab-Brown, rekan senior di Brookings Institution, kepada AFP saat milisi belum menguasai Afghanistan.
Tapi selain itu, pasukan elite Afghanistan sering mendapati diri mereka kewalahan dan tanpa bantuan lokal.
"Setiap hari kita kehilangan orang-orang hebat, pria-pria tangguh, para perwira yang sangat baik, NCO, dan tentara," kata Jenderal Alizai.
Walau begitu, mereka tidak menyerah.
Kini pasukan elite Afghanistan menyatakan siap untuk menyerang balik Taliban.
Mereka akan menyerang di bawah komando Wakil Presiden Afghanistan, Amirullah Saleh.
Saleh sendiri telah mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin sah negara tersebut.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR