Intisari-Online.com – Untuk memperingati kemerdekaan Indonesia tahun ini, Pemerinah meminta masyarakat Indonesia untuk menghentikan aktivitasnya sejenak selama tiga menit, pada Selasa (17/8/2021) pukul 10.17 hingga 10.20 WIB.
Himbauan tersebut disampaikan Kementerian Sekretariat Negara, yang dilakukan pada saat pengibaran bendera Merah Putih dan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya.
Anda pasti mengenal lagu wajib Indonesia Raya ini dan pasti tahu bahwa pencipta lagu tersebut adalah Wage Rudolf Supratman.
Selain pencipta lagu, dia adalah maestro musik kenamaan asal Indonesia.
Seperti apa kehidupan WR Supratman?
Seorang wartawan
Dilahirkan pada 9 Maret 1903, WR Supratman lahir dari pasangan sersan KNIL Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.
Seperti diberitakan Harian Kompas, 18 Agustus 1990, Supratman terkenal sebagai seorang komponis yang menciptakan banyak lagu perjuangan.
Namun, sesungguhnya profesi aslinya adalah seorang wartawan dan penulis buku.
Lagu-lagu perjuangan yang diciptakannya tak terlepas dari jalinan komunikasinya dengan para tokoh pergerakan.
Lagu perjuangan pertama karya WR Supratman berjudul "Dari Barat sampai ke Timur".
Dia menciptakan lagu itu karena bersemangat setelah mendengar akan ada penyelenggaraan Kongres Pemuda I 30 April-2 Mei 1926.
Supratman terkesan dengan pidato yang disampaikan tokoh pergerakan nasional, M Tabrani dan Sumarto di kongres tersebut, yang berisikan cita-cita "Satu Nusa Satu Bangsa" yang digelari Indonesia Raya.
Dia kemudian menyampaikan keinginannya kepada dua tokoh itu untuk membuat lagu sesuai isi pidato mereka dengan judul Indonesia Raya.
Akhirnya, lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya berkumandang pada malam penutupan Kongres Pemuda II yang bertepatan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Namun, untuk menghindari tekanan dari Belanda, lagu itu dimainkan hanya dengan instrumental biola WR Supratman tanpa lirik.
Sementara, teks lirik itu telah dibagikan kepada para hadirin sebelumnya.
Baca Juga: Tokoh Sumpah Pemuda: Dibelit Kemiskinan di Masa Tua, Ini Isi Pesan Terakhir W.R. Supratman
Lirik lagu Indonesia Raya baru bisa didengar ketika rapat pembubaran panitia Kongres Pemuda II pada Desember 1928.
Lagu Indonesia Raya dinyanyikan kembali oleh sebuah koor, dan WR Supratman mengiringinya dengan bermain biola.
Cita-cita
WR Supratman akhirnya berhasil mewujudkan cita-citanya untuk menciptakan lagu kebangsaan saat Kongres Partai Nasional Indonesia pada 30 Desember 1929.
Dalam kongres itu, lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
Lagu WR Supratman tersebut hingga kini masih menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang selalu berkumandang di setiap upacara bendera dan acara-acara resmi.
Sementara itu pada 1930, Belanda mengeluarkan larangan untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya karena alasan mengganggu ketertiban dan keamanan.
Mereka juga terganggu dengan adanya lirik yang menggunakan kata "merdeka".
Hingga akhirnya WR Supratman selaku pencipta lagu itu diinterogasi oleh Belanda.
Di depan pihak Belanda, WR Supratman mengaku tidak pernah menggunakan kata "merdeka" dalam lagu itu.
Pada teks aslinya, kata yang ia gunakan adalah "mulia".
Namun, ia menyebut bahwa lirik itu diganti oleh para pemuda menjadi "merdeka".
Setelah sempat terjadi polemik, akhirnya lagu Indonesia Raya boleh dikumandangkan lagi, dengan syarat hanya pada ruangan tertutup saja.
Tak merasakan kemerdekaan
Untuk mengenang WR Supratman, penggubah lagu Indonesia Raya, dibangun sebuah monumen di depan rumah tempat wafatnya di Jl Mangga 21 Tambaksari, Surabaya.
Tidak sedikit orang berkata bahwa lagu Indonesia Raya karya WR Supratman memiliki kemiripan dengan lagu La Marseille karya Rouget de L'isle (1922).
Bukan tanpa alasan, WR Supratman mengakui sangat terkesan dengan gairah lagu kebangsaan Perancis itu ketika pertama kali mendengar.
Pada 7 Agustus 1938, WR Supratman sempat ditangkap pihak Belanda karena lagu terakhirnya yang berjudul Matahari Terbit.
Baca Juga: Tokoh Sumpah Pemuda 1928: Belajar Biola Diam-diam Hingga Kondang Ciptakan 'Indonesia Raya'
Penyebabnya, pihak Belanda menafsirkan lagu itu sebagai dukungan terhadap kebangkitan kekaisaran Jepang, yang memiliki julukan sebagai Negeri Matahari Terbit.
Namun, tuduhan tersebut tidak terbukti, dan WR Supratman pun akhirnya dibebaskan dari penjara.
Tidak lama setelah penahanannya, Supratman mengalami sakit keras yang membuatnya meninggal dunia.
"Mas, nasibku sudah begini. Inilah yang disukai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saya meninggal, saya ikhlas. Saya toh sudah beramal, berjuang dengan caraku, dengan biolaku. Saya yakin Indonesia pasti merdeka," pesan WR Supratman kepada Urip Kasansengari, sebelum meninggal.
WR Supratman meninggal pada 17 Agustus 1938 di usia muda, 35 tahun.
Tujuh tahun setelah kematiannya, keyakinan WR Supratman terbukti, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, tanggal yang sama dengan berpulangnya Supratman.
Tidak hanya Indonesia Raya, Supratman juga menciptakan beberapa lagu lain, seperti Dari Barat Sampai ke Timur, Bendera Kita, Bangunlah Hai Kawan, Ibu Kita Kartini, Indonesia Hai Ibuku, hingga Matahari Terbit.
Atas jasa dan pengabdiannya bagi Indonesia, WR Supratman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada 10 November 1971. (Jawahir Gustav Rizal) Baca Juga: Tokoh Sumpah Pemuda: Dibelit Kemiskinan di Masa Tua, Ini Isi Pesan Terakhir W.R. Supratman
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari