Intisari-online.com -Pancasila merupakan inti dari kemerdekaan Indonesia, sekaligus pengantar perjuangan Indonesia untuk merdeka.
Pancasila jugalah yang menjadi pemersatu negara.
Sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, Pancasila telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Meski begitu penerapannya bukanlah tanpa tantangan.
Baca Juga: Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Petunjuk untuk Menyelesaikan Permasalahan di Masyarakat
Banyak gerakan yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara, menggantinya dengan ideologi lain.
Hebatnya, Indonesia berhasil menggagalkan usaha-usaha tersebut.
Pancasila sebagai dasar negara di awal kemerdekaan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi tonggak terdepan menerapkan Pancasila sebagai dasar negara.
Baca Juga: Pancasila sebagai Sistem Filsafat,Hasil Permenungan Mendalam 'Founding Father' Kita
Upaya mereka menemui jalan buntu.
Banyak upaya menggantikan Pancasila dengan ideologi lain yang lambat laun tumbuh jadi gerakan separatisme.
Berikut adalah beberapa gerkaan tersebut dikutip dari Kemdikbud.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Baca Juga: Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka, Ini Beberapa Faktor Atau Gagasan yang Mendorongnya
Pemberontakan PKI terjadi pada 18 September 1948 oleh Muso di Madiun, menjadi pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka.
Mereka berupaya mendirikan Negara Soviet Indonesia dengan ideologi komunis, serta mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan paham komunis.
Pemberontakan PKI berhasil digagalkan oleh Pemerintah Indonesia lewat kepemimpinan Presiden Soekarno.
Muso akhirnya tewas ditembak, dan tokoh-tokoh lain juga ditangkap.
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Tahun berikutnya adalah tahun terjadinya pemberontakan DI/TII, tepatnya pada 7 Agustus 1949.
Pemberontakan dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Ia ingin mengganti Pancasila dengan syari'at Islam.
Ia bahkan ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Pemberontakan Kartosuwiryo ini baru bisa ditumpas ketika ia ditangkap pada 4 Juni 1962.
Terhitung 11 tahun setelah pemberontakan pertama kali mencuat.
Republik Maluku Selatan (RMS)
Kemudian di tahun 1950 ada lagi pemberontakan yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Sourmokil.
Ia ingin membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April 1950.
Negaranya meliputi pulau-pulau seperti Seram, Ambon dan Buru.
RMS kemudian dikalahkan oleh tentara Indonesia pada November 1950 di Ambon.
Baca Juga: Belum Dianggap Merdeka dan Kunjungan Suharto ke Belanda Diremehkan, Benny Moerdani pun Mengamuk
Namun pemberontakan di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963.
Kekalahan di Ambon menyebabkan mengungsinya pemerintah RMS ke Seram, dan mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda tahun 1966.
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Kemudian ada Permesta atau nama lainnya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual tahun 1957-1958.
Pemberontakan terjadi di Sumatera dan Sulawesi guna mengoreksi kinerja pemerintah pusat yang dipimpin Presiden Soekarno.
Pasalnya menurut mereka Soekarno tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan sehingga terjadi ketimpangan sosial.
Permesta menganggap pemerintah pusat melanggar undang-undang, sentralisis dan mengabaikan pembangunan di daerah.
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA adalah milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada 15 Januari 1949.
APRA bertujuan mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia serta memiliki tentara sendiri bagi negara-negara Republik Indonesia Serikat.
APRA melancarkan pemberontakan pada 23 Januari 1950 dengan menyerang dan menduduki Bandung, serta menguasai markas Staf Divisi Siliwangi.
Mereka juga berencana akan menyerang Jakarta, tapi akhirnya gagal oleh APRIS yang mengirimkan pasukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pembubaran RIS pun terlaksana, dan Indonesia kembali ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.