Intisari-online.com -Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang merupakan tim khusus bentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Tentu saja keunggulan ini tidak lain juga karena komandan jenderal (Danjen) mereka yang cakap.
Nama jenderal TNI banyak yang begitu kondang salah satunya adalah kemampuan militer dan kepemimpinan yang begitu baik.
Hal tersebut membawa keberhasilan mereka bertempur saat masih ditugaskan menjadi Danjen Kopassus yang mumpuni.
Baca Juga: Kisah Para Danjen Kopassus Terbaik (1)
Tribun Surabaya menceritakan sejumlah Danjen Kopassus yang memiliki pengalaman tempur sengit.
Cerita ini dibuat bersambung menjadi 4 bagian.
Bagian pertama adalah tentang Benny Moerdani.
Sedangkan cerita kedua mengenai Danjen A.M. Hendropriyono.
Baca Juga: Kisah Para Danjen Kopassus Terbaik (2)
Kini akan ada sedikit cerita mengenai Danjen Kopassus berikutnya, Prabowo Subianto.
Letnan Jenderal Purnawirawan) Prabowo Subianto sebelum menjadi politisi dan pengusaha dulunya menjabat sebagai perwira tinggi militer Indonesia.
Ia belajar di Akademi Militer Magelang, lulus tahun 1974 sebagai letnan dua.
Ia kemudian menjadi salah satu komandan operasi termuda dalam sejarah Angkatan Darat.
Saat itu ia memimpin operasi Tim Nanggala di Timor Timur, nama lawas dari Timor Leste saat masih bersatu dengan Indonesia.
Perlu 9 tahun baginya untuk akhirnya menjadi Wakil Komandan Detasemen Penanggulangan Teror di Kopassus tahun 1983.
Kemudian 13 tahun kemudian yaitu tahun 1996, Prabowo diangkat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) korps tersebut.
Ia memimpin operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua.
Buku 'Sandera, 130 Hari Terperangkap di Mapenduma' karya Ray Rizal menceritakan ketika 26 orang peneliti tergabung dalam tim Ekspedisi Lorentz '95 disandera oleh KKB papua.
Kopassus dan Kostrad sudah diturunkan ke lapangan guna memburu KKB Papua yang sudah menculik 26 sandera selama total 130 hari, atau 5 bulan.
Majalah Intisari telah mengulas khusus penyanderaan Tim Lorentz '95.
Tim Lorentz melakukan penelitian antara bulan November 1995 sampai Januari 1996.
Baca Juga: Kisah Pasukan Kostrad Selamatkan Tim Ekspedisi Lorentz di Belantara Papua yang Masih Perawan
Awalnya tidak ada gangguan yang dialami oleh tim.
Mereka juga sudah sadar ada KKB Papua dengan dalangnya adalah Organisasi Papua Merdeka, dipimpin Kelly Kwalik.
Tempat berkumpul tim adalah di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl, pendeta asal Belanda yang sudah menetap di Papua sejak 1963.
Saat tanggal 8 Januari pemilik rumah sedang pergi bersama istrinya menyusun kegiatan misionaris ke Mbua dan Alama.
Rumah yang sedang menjadi titik kumpul tim peneliti tersebut tiba-tiba didatangi sekelompok suku setempat yang berjumlah puluhan orang.
Mereka semua berpakaian perang dilengkapi tombak.
Salah satu dari meeka datang membawa senapan laras panjang M-16 diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.
Pintu yang sudah dikunci didobrak dan penyerang berhasil masuk, menyerang, menyandera tim lalu membawa semuanya ke hutan pedalaman.
Baca Juga: Cikal Bakal Terjadinya Konflik di Papua dan Lahirnya KKB Papua, Ada Adu Domba Belanda di Baliknya
Berita itu segera bocor sampai ke luar negeri.
TNI/ABRI segera dikirim guna lakukan penyelamatan.
Prabowo Subianto yang saat itu masih bergelar Mayjen TNI diutus memimpin misi penyelamatan.
Pasukan Kostrad juga dikirim dalam misi penyelamatan ini.
Pemimpin KKB Papua yang menyerang Tim Lorentz adalah Kelly Kwalik.
Penyanderaan mereka selama 5 bulan belum juga bisa dihentikan.
Pasukan Kelly Kwalik justru bertambah besar, dari awalnya 50 orang sampai bisa menjadi dua kali lipat.
KKB Papua dan OPM bergerilya sembari mengirimkan pesan-pesan tuntutan kepada Pemerintah RI.
Kemudian 7 Mei 1996, satu kompi Batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim juga dikirimkan ke Timika sebagai tambahan kekuatan.
Akhirnya 9 Mei 1996 Kopassus dan Kostrad berhasil menyelesaikan misi tersebut.
Hampir semua sandra selamat, kecuali dua peneliti Navy dan Matheis yang meninggal dibunuh oleh KKB Papua.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini