Penulis
Intisari-online.com -Pasukan elit Komando Pasukan Khusus memiliki kecakapan yang mumpuni.
Lebih-lebih para komandan jenderal.
Beberapa nama jenderal TNI begitu kondang karena memiliki pengalaman tempur yang sengit saat bertugas di Kopassus.
Mereka menjadi andalan Kopassus menjalankan misi-misi berbahaya.
Menyungkil Tribun Jambi, berikut cerita sejumlah Jenderal TNI yang memiliki pengalaman tempur sengit di Kopassus.
Cerita ini dibuat bersambung menjadi 4 bagian.
Bagian pertama sudah menceritakan tentang salah satu jenderal terbaik Kopassus yaitu Benny Moerdani.
Selanjutnya adalah cerita tentang kehebatan Jenderal A.M. Hendropriyono
TNI (Purn) A.M. Hendropriyono mengawali karir militer menjadi komandan peleton di Kopassus.
Ia lahir di Yogyakarta, 7 Mei 1945.
Ia menjadi tokoh mata-mata dan militer Indonesia.
Kiprahnya sebagai mata-mata adalah menjadi Kepala Badan Intelijen Negara pertama.
Ia kemudian mendapat julukan the master of intelligence.
Baca Juga: Kisah Para Denjen Kopassus Terbaik (1)
Hal ini karena ia menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.
Tahun 1998-1999 ia berkarir menjadi Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
Hendropriyono masuk dalam jejeran Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Tak hanya itu saja, karirnya di politik juga termasuk menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) tanggal 27 Agustus 2016-13 April 2018.
Karirnya di dunia militer tak kalah mencengangkan.
Hendropriyono terkenal sebagai penuntas insiden bersejarah yaitu Peristiwa Talangsari 1989.
Hendropriyono kala itu berhasil menindak potensi radikalisme di Talangsari, Lampung.
Gerakan dipimpin oleh Kelompok Warsidi.
Selanjutnya terjadi pertempuran tim Kopassus melawan Kelompok Warsidi, Kopassus dipimpin oleh Hendropriyono.
Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, Hendropriyono juga betempur dengan Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).
Pasukan tersebut dibentuk sebagai pasukan gerilya buatan presiden Soekarno saat konfrontasi Indonesia-Malaysia berkecamuk 1963-1966.
Kedua pasukan dilatih oleh TNI di Surabaya, Bandung dan Bogor.
Keadaan berubah ketika Soeharto berkuasa, karena kedua anak asuh TNI menjadi musuh dan Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia.
Kedua pasukan diminta menurunkan senjata tapi permintaan Soeharto diabaikan.
Terpaksa TNI menertibkan aksi para gerilyawan itu.
Hendropriyono dan tim Sandi Yudha pun turun untuk bertempur di rimba Kalimantan.
Sandi Yudha atau Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) kini dikenal dengan nama Kopassus.
Hendropriyono awalnya berupaya kurangi tindakan keras tanpa senjata.
Kopassus juga beberapa kali berhasil mencuri simpati para gerliyawan, seperti Wong Kee Chok komandan PGRS.
Namun tidak semua tunduk akhirnya senjata pun dipakai.
Mulai dari penculikan dan interogasi, hingga melakukan perlawanan.
Perlawanan yang membekas diingatan AM Hendropriyono, yakni berduel dengan Hassan, yang juga komandan PGRS.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini