Pantas Saja Invasi Timor Leste Membuat Indonesia Dikecam Seluruh Dunia, Rekaman Ini Jadi Buktikan Indonesia Juga Berencana Gagalkan Kemerdekaan Timor Leste

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Perayaan kemerdekaan Timor Leste.
Perayaan kemerdekaan Timor Leste.

Intisari-online.com - Tahun 1999 saat Timor Leste hendak menentukan nasib sendiri, untuk memilih antara merdeka atau bergabung dengan Indonesia.

Ternyata Indonesia dituduh melakukan upaya untuk menggagalkan upaya referendum tersebut.

Menurut artikel yang dimuat Independent pada 1999 silam, percakapan dua arah radio yang disadap oleh pengamat internasional di Timor Leste.

Berhasil membongkar rencana Indonesia untuk menggagalkan pemungutan suara rakyat Timor Leste 30 Agustus 1999.

Baca Juga: Masih Gagal Bergabung, Disebut 'Hanya' Ini Kunci Timor Leste untuk Tembus Jadi Anggota ASEAN

Dalam hal ini unit Kopassus berperan untuk melancarkan operasi rahasia yang disebut milisi anti-kemerdekaan.

Rekaman suara hasil penyadapan radio dua arah, dikumpulkan dan ditranskripsikan oleh pekerja dengan federasi Internasional untuk Timor Leste (Ifet).

Sebuah organisasi yang mengirimkan pengamat untuk memantau pemungutan suara, juga menangkap gangguan-gangguan dalam pemungutan suara itu.

Selain itu Kopssus juga dituduh melakukan sasaran kekerasan, pada warga sipil yang memilih kemerdekaan.

Baca Juga: Berharap Ekonominya Membaik Setelah Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Setujui RUU Pertambangan

Dalam transkripsi percakapan yang diterjemahkan oleh Ifet, Kopassus terekam mengatakan, "Orang-orang kulit putih itu harus dibuang ke sungai."

Meskipun ada banyak laporan pihak kedua kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan penyelidik hak asasi manusia tentang hubungan antara milisi dan militer.

Transkrip ini, yang diteruskan ke The Independent, menawarkan bukti yang jelas dan terdokumentasi tentang hubungan perintah-dan-kepatuhan antara Kopassus.

Dokumen-dokumen itu memperkuat apa yang sudah diketahui dunia tentang kesalahan militer Indonesia dalam pembantaian di Timor Timur.

Hal itu dianggap mempermalukan pemerintah yang selama bertahun-tahun membantu melatih anggota Kopassus, termasuk dari Inggris, Australia, dan Amerika Serikat.

Pemerintah yang sama, membantu pasukan multinasional yang dikerahkan untuk memulihkan ketertiban di TimorLeste

Pasukan yang dipimpin Australia, diperkirakan berjumlah 8.000 personel dari lebih dari 20 negara.

Mayor Jenderal Peter Cosgrove, lalu mengadakan pembicaraan sukses tentang penempatan dengan militer Indonesia (TNI).

Komandan militer Indonesia di Timor Timur, Mayor Jenderal Kiki Syahnakri, mengatakandia berharap untuk menyerahkan kendali wilayah itu dalam beberapa hari.

Baca Juga: Pantas Saja Australia Awalnya Mati-matian Dukung Pendudukan Indonesia di Timor Leste, Hubungan Mesra dengan Indonesia Menjadi Alasannya

Tetapi isi transkrip hanya berfungsi untuk memperkuat kecemasan tentang penerimaan yang akan didapat oleh kekuatan.

Berikut ini adalah bagian dari transkripsi pertukaran pada 1 September 1999, sehari setelah pemungutan suara antara perwira Kopassus dan komandan milisi melalui radio FM.

Diskusi tersebut memasukkan beberapa nama tempat di dalam Timor Lorosae dan menyangkut staf Ifet yang mencoba melarikan diri dari Same, sebuah kota di selatan Dili.

Kopassus: 'Orang-orang kulit putih itu ... harus dibuang ke sungai.'

Milisi (memberikan perintah kepada anggota milisi lain): 'Jika mereka ingin pergi, tarik mereka keluar, bunuh mereka dan taruh mereka di sungai.'

Kopassus: Mereka perlu dihentikan. Mobil harus dihentikan. '

Milisi: Itu akan membuatnya selesai.

Kopassus: Jika mereka pergi ke Ainaro, mereka harus mengirim orang untuk menutup jalan ke sana ... Kijang [jeep] hijau dengan ban besar di belakang. '"

Percakapan sebentar beralih ke para pemimpin kota yang juga mencoba melarikan diri dari Same ke Dili sebelum berfokus lagi pada orang-orang Ifet.

Baca Juga: Tingginya 6 Meter, Inilah Patung Presiden Soekarno di Perbatasan Indonesia-Timor Leste yang Jadi Daya Tarik Wisata Baru

Milisi: 'Aku akan menghabisi mereka, semuanya. Tidak ada yang bisa keluar, terutama jika orang kulit putih ingin pergi. Pegang mobil, biarkan mereka berjalan.'

Suara milisi lainnya: Saya akanmenghilangkan mereka.

Kopassus: "Tidak ada yang bisa keluar. Pegang mobilnya. Kalau mereka mau ke Dili. Kalau begitu pegang mobilnya. Kalau mau jalan, itu urusan mereka. Pegang mobilnya. Tidak, kirim kembali."

Suara milisi: Saya akan berhenti di situ. '

Suara milisi ketiga: 'Lebih baik mengirim mereka ke Dadina [pemukiman di pegunungan dengan pos komando milisi] dan kami akan menempatkan mereka di sungai Kara Ulu.' "(Orang Ifet, pada akhirnya, tidak coba perjalanan ini keluar dari Same.)

Artikel Terkait