Intisari-Online.com - Jaraknya puluhan ribu kilometer dari Indonesia, namun dengan keberadaan orang Suriname Jawa, hubungan Indonesia dan negara Amerika Selatan ini menjadi istimewa.
Indonesia dan Suriname memiliki ikatan sejarah, yang menjadikan hubungan kedua negara istimewa.
Puluhan ribu buruh dari Jawa pernah dikirim ke Suriname, ketika kedua negara berada di bawah penjajahan Belanda.
Kondisi perekonomian Suriname yang saat itu merupakan koloni Belanda tak menentu setelah dihapuskannya perbudakan di sana.
Sehingga diadakan perjanjian antara Belanda dan Inggris untuk mendatangkan buruh dari daerah koloninya yang lain, salah satunya dari Indonesia.
Totalnya ada lebih dari 30.000 buruh Jawa yang dikirim ke Suriname melalui 34 kali pengangkutan.
Para buruh bekerja di perkebunan Belanda dengan sistem kontrak, di mana memiliki hak untuk kembali ke negara asalnya (repatriasi) bilamana telah habis masa kontraknya.
Namun, sebagian dari buruh Jawa yang pergi ke Suriname memilih untuk menetap meski masa kontrak habis, inilah yang menjadi asal usul keberadaan orang Suriname Jawa.
Melansir Tribunnews, untuk mengenang kedatangan Orang Jawa pertama di Suriname, bahkan telah dibangun sebuah monumen di bekas perkebunan Belanda yang menjadi tempat para buruh Jawa bekerja.
Mariënburg merupakan bekas perkebunan tebu, pabrik gula dan desa, yang terletak di distrik Commewijne, Suriname.
Terulis "Monument ter nagedachtenis aan de komst van de eerste Javanen naar Suriname" pada monumen ini.
“Bangunan bersejarah ini dibuat untuk memperingati kedatangan imigran orang Jawa dalam bentuk monumen di Mariënburg,” ujar Duta Besar RI untuk Suriname Julang Pujianto saat berdialog virtual bersama Tribun Network, Kamis (29/4/2021).
“Bentuknya monumen, terlihat ada serombongan orang Jawa datang dengan mengenakan pakaian Jawa, seperti blankon,” tuturnya.
Dubes Julang Pujianto menjelaskan monumen itu bukan dibangun pada saat sejarah itu terjadi.
“Bukan dibangun saat awal kedatangan (Orang Jawa-red). Tetapi baru dibangun akhir-akhir ini,” jelasnya.
Monumen peringatana itu dibangun di Mariënburg, karena daerah itu bekas perkebunan tebu, pabrik gula, dan desa, tempat orang Jawa pertama kali datang dan bekerja di Suriname.
Baca Juga: OCBC NISP Ajak Kaum Muda Raih Kondisi Finansial Secara Sehat
Kedatangan buruh Jawa pertama ke Suriname sendiri terjadi pada 9 Agustus 1890.
Kelompok imigran Indonesia pertama yang tiba di Suriname pada saat itu berjumlah 94 orang.
Kelompok tersebut direkrut oleh De Nederlandsche Handel Maatschappij, untuk dipekerjakan di perkebunan tebu dan perusahaan gula Marienburg.
Selanjutnya, empat tahun kemudian, tepatnya 1894 perusahaan yang sama mendatangkan lebih banyak lagi imigran dari Jawa.
Gelombang kedua kedatangan imigran Jawa tersebut yaitu sebanyak 582 orang.
Selanjutnya mulai tahun 1897 kedatangan para imigran dari Indonesia ini dikelola langsung oleh pemerintah Hindia Belanda.
Banyaknya imigran Suriname dari Jawa semakin meningkat, bahkan dari tahun 1890 hingga 1939, jumlah imigran Indonesia asal Jawa tersebut mencapai 32.956 orang.
Selain monumen tersebut, ada juga monumen 100 tahun kedatangan bangsa Jawa, yaitu Gedung Sana Budaya instead of Sasana yang berada di Paramaribo, Ibu Kota Negara Suriname. Monumen ini berbentuk gunungan.
Bahkan, untuk monumen 100 tahun kedatangan bangsa Jawa tersebut, Presiden Soeharto saat itu memberikan bantuan bagi pembangunannya.
Kini, setiap tahunnya pada 9 Agustus, orang Jawa di Suriname memperingati hari kedatangan pertamanya di Monumen tersebut.
“Setiap tangga; 9 Agustus, tanggal kedatangan Orang Jawa pertama itu diperingati dan Duta Besar Indonesia biasanya diundang untuk meletakkan karangan bunga di situ,” jelas Julang.
Orang Jawa dengan bahasanya merupakan salah satu suku bangsa dan bahasa yang terus berkembang di Suriname sejak tahun 1890.
Saat ini, terhitung jumlah masyarakat Suriname keturunan Jawa berjumlah sekitar 15 persen dari total penduduknya, yakni 80 ribu orang dan suku Jawa.
Negara yang memiliki bahasa nasional Belanda ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 25 November.
Kini keturunan Jawa di Suriname bekerja di berbagai bidang, seperti petani, pedagang, pegawai pemerintahan.
Bahkan, ada juga yang menduduki posisi penting di pemerintahan seperti Paul Somohardjo (mantan ketua parlemen) dan Raymond Sapoen (mantan menteri dan calon presiden) dan menteri.
Duta Besar menyebut dari total anggota DPR Republik Suriname hasil Pemilu terbaru, ada tujuh orang di antaranya adalah wong Jowo. Selain itu, satu menteri di pemerintahan yang baru menjabat juga merupakan keturunan Jawa.
(*)