Intisari-Online.com -Saat keberadaan vaksinmasih menjadi impian di berbagai belahan dunia, Israel justru punya label mentereng sebagai negara dengan program vaksinasi Covid-19 tercepat sedunia.
Sekitar 60% dari total 9,3 juta penduduk Israel sudah menerima setidak dosis pertama vaksin Pfizer/BioNtech.
Bahkan, negara ini pun berani untuk memberikan fasilitas suntikan ketiga sebagaibooster kepada para warganya.
Israel pun kemudian semakin berbangga diri setelah negara ini mengklaim akan segera mencapai tahapherd immunity.
Sebab, dengan kondisi jumlah warga yang sudah divaksin saat ini yang sudah mencapai 60%, Israel 'hanya' perlu memberi vaksinasi kepada 15% warganya untuk mencapai ambang batas kekebalan komunitas.
Seiring dengan hal tersebut, Israel pun mulai semakin percaya diri dengan 'kekebalan' warganya terhadap Covid-19.
Terbukti, sebulan yang lalu, masyarakat Israel secara terang-terangan merayakan kembali kehidupan normal mereka.
Protokol kesehatan sederhana seperti menggunakan masker dan menjaga jarak pun perlahan mulai diabaikan oleh para penduduk.
Pemerintah Israel sendiri memang sedang bersiap-siap meniru Singapura, yaitu akan menyiapkan hidup berdampingan bersama virus corona.
Lockdown, yang dilakukan sebanyak tiga kali pun terakhir kali dilakukan pada Desember 2020 lalu.
Namun, di antara semua polah kejemawaan Israel karena kesuksesan program vaksinasinya, ada satu yang sempat membuat beberapa negara geram.
Hal itu seiring dengan kebijakan negara di Timur Tengah tersebut membagikan satu juta dosis vaksin Covid-19 untuk Otoritas Palestina.
Sekilas, sumbangan vaksin tersebut memang terlihat sangat mulia, terlebih kedua negara memang sudah lama beselisih.
Namun, faktanya, vaksin-vaksin Covid-19 yang disumbangkan oleh Israel sudah nyaris kedaluarsa.
“Israel menandatangani perjanjian dengan Otoritas Palestina, dan akan memasok sekitar satu juta dosis vaksin Pfizer yang akan segera kedaluwarsa,” kata kantor Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, dalam pernyataan bersama dengan Kementerian Pertahanan dan Kesehatan.
Lebih menyakitkan lagi, ternyata kebijakan menyumbang vaksin kepada Palestina dilakukan karena Israel akan mendapat vaksin yang lebih baru.
Padahal, seperti diakui sendiri oleh mereka, vaksin baru dari Pfizer tersebut sebenarnya ditujukan untuk Otoritas Palestina.
Hanya saja, vaksin yang menjadi kunci sikap culas dari Israel terhadap warga Palestina belakangan mengalami penuruna efektivitas.
Efikasi vaksin Pfizer yang sebelumnya mencapai 95% untuk dua dosis, belakangan malah melorot hingga 64%.
Dengan kata lain, efikasi Pfizer kini malah lebih rendah dari vaksin Sinovac yang selama ini justru sering dianggap sebagai vaskin terlemah dan tidak diakui di beberapa negara.
Baca Juga: Hizbullah Ungkap Tipu Muslihat Israel dalam Operasi Penyerangan Hamas di Jalur Gaza
Nahas, seiring dengan penurunan efikasi vaksin Pfizer dan mulai lengahnya warga Israel terhadap Covid-19, datanglah varian Delta.
Varian asal India yang telah terbukti mengancurleburkan negeri asalnya dan kini negara-negara lain termasuk Indonesia tersebut tiba di Israel.
Lonjakan kasus pun langsung terjadi dengan jumlah infeksi harian mencapai 450 kasus.
Jumlah kematian, yang sebelumnya nihil dalam beberapa minggu, kini kembali terjadi minimal satu kematian per hari.
"Kondisinya tidak akan seburuk sebelumnya. Tapi, jika melihat peningkatan kasus yang cukup parah, maka kita harus mengambil langkah lebih lanjut," ungkap Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Israel Nachman Ash.
Ya, bisa jadi kondisinya tidak akan separah India atau Indonesia, tapi dengan kejemawaan pemerintah dan warganya, jelas wajah Israel kini tengah tertampar dengan sangat keras.