Intisari-online.com -Vaksin Rusia Sputnik V yang paling diremehkan di dunia dibanding vaksin-vakin lain ternyata efektif terhadap seluruh varian baru virus Corona, termasuk varian Delta.
Efikasi vaksin Covid-19 dikaji ulang setelah muncul beberapa varian baru yang termasuk variant of concern (VOC).
Salah satunya adalah varian Delta yang kini hampir lumpuhkan Indonesia.
Varian ini dengan cepat menyebar awalnya di India hingga kini buat berbagai RS di Indonesia kolaps.
Vaksin dengan efikasi tertinggi melawan varian Alpha disinyalir memiliki efikasi yang biasa saja melawan varian Delta.
Namun hasil berbeda didapat dari vaksin Rusia, Sputnik V.
Vaksin ini sudah lama menjadi buah bibir kontroversi dunia.
Salah satunya adalah desas-desus bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak mau disuntik dengan vaksin ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin rupanya menolak untuk disuntik dengan vaksin Covid-19 produksi Rusia.
Kepada awak media, presiden berusia 68 tahun itu menolak ide dia harus secepatnya disuntik, supaya menjadi contoh bagi publik.
"Saya tidak ingin tampak bodoh di depan kamera," ujar sang presiden seperti dikutip harian Rusia, Kommsersant.
Putin sempat menyatakan, dia akan menerima suntikan vaksin Covid-19 milik Sputnik V pada akhir musim panas atau musim gugur 2020.
Kemudian alih-alih mengujikan untuk dirinya sendiri, Putin justru menguji vaksin Sputnik V kepada putrinya.
Bahkan penyuntikannya dilakukan sebelum Sputnik V diuji coba secara penuh.
Kini vaksin Sputnik V berhasil menarik perhatian dunia lagi karena disebut efektif melawan seluruh varian baru Covid-19.
Studi dilakukan di Pusat Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya dan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF).
Penelitian menyebutkan vaksinasi Sputnik V menghasilkan titer penetral perlindungan terhadap beberapa varian baru.
Varian baru ini antara lain varian Alpha B.1.1.7, varian Beta B.1.351, varian Gamma P.1, varian Delta B.1.617.2 dan B.1.617.3, serta varian endemik Moskow B.1.1.141 dan B.1.1317, seperti dikutip dari NDTV.
Metodenya menggunakan penilaian aktivitas penetral virus (VNA) menggunakan virus hidup, kemudian mempelajari respons imun atau VNA yang didorong oleh vaksin Sputnik V.
Respons imun yang diinduksi Sputnik V terhadap varian baru dan respons terhadap varian B.1.1.1 (Lambda, C.37) kemudian dibandingkan peneliti.
“Ini membandingkan aktivitas penetralan serum yang diinduksi Sputnik V dengan varian yang relevan secara internasional dengan penetralisir,” kata perusahaan, dikutip dari Kompas.com.
Serum darah diambil dari individu yang sudah disuntik vaksin Sputnik V secara penuh atau dua dosis.
Penelitian ini sudah diterbitkan dalam jurnal internasional pada 12 Juli 2021.
Dituliskan Indiatoday.in, Sputnik V memelopori pendekatan vaksin dengan dua suntikan.
"Tes yang dilakukan telah menunjukkan validitas pendekatan ini sebagai aktivitas penetral virus terhadap strain baru, yang lebih berbahaya dan menular,” ujar CEO RDIF Kirill Dmitriev dikutip dari Kompas.com.
Menurut RDIF, Institut Penelitian Gamaleya secara aktif mempelajari varian yang muncul dari Covid-19 untuk menilai kemanjuran Sputnik V terhadap strain baru.
"RDIF akan terus mendukung studi lebih lanjut tentang kemanjuran Sputnik V terhadap galur baru, sambil menganalisis peluang bermitra dengan produsen vaksin terkemuka lainnya untuk mengembangkan koktail vaksin menggunakan suntikan pertama Sputnik V," tutur Dmitriev.
Kemanjuran vaksin Sputnik V juga diakui oleh Direktur Pusat Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya, Alexander Gintsburg.
Ia mengklaim Sputnik V jadi salah satu vaksin paling efektif melawan virus asli dan varian baru.
"(Karena) pendekatan uniknya menggunakan dua vektor adenoviral," ujar dia.
Sputnik V telah terdaftar di 67 negara dengan total populasi lebih dari 3,5 miliar orang.
Data ini diperoleh selama vaksinasi di sejumlah negara antara lain Meksiko, Argentina, Serbia, Bahrain, Hongaria, San-Morino, Uni Emirat Arab, dan lainnya.
"Menunjukkan bahwa Sputnik V adalah salah satu vaksin teraman dan paling efektif melawan virus corona," pungkas dia.