Intisari-Online.com - Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, Rabu (7/7/2021) menyatakan dunia berada pada titik berbahaya dalam pandemi Covid-19, ketika berbagai varian Covid-19 yang terus menyebar secara cepat karena upaya vaksinasi global yang tidak merata.
Dari kantor pusat WHO di Jenewa, Tedros menyampaikan beberapa negara dengan tingkat vaksinasi tinggi merencanakan peluncuran suntikan vaksin penguat (booster) dalam beberapa bulan mendatang, dan melonggarkan prokes termasuk jarak sosial seolah-olah pandemi sudah berakhir.
Akan tetapi kepala WHO itu menguraikan pandangannya berkaitan dengan “ketidaksetaraan yang mengejutkan dalam vaksinasi,” dan kehadiran varian virus corona yang sangat menular penyebab Covid-19, di banyak negara di setiap wilayah di dunia sehingga mereka menghadapi lonjakan tajam infeksi serta opname di rumah sakit.
Tedros menegaskan hal itu selanjutnya menyebabkan kekurangan persediaan oksigen dan perawatan serta mendorong gelombang kematian di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Tedros menambahkan bahwa di seluruh dunia, varian Covid-19 yang baru memenangkan perang melawan vaksin karena produksi dan distribusi vaksin yang tidak merata, yang ia nilai juga mengancam pemulihan ekonomi global.
Kematian di seluruh dunia terkait virus corona baru-baru ini melewati 4 juta ketika banyak negara berjuang untuk mendapatkan pasokan vaksin yang cukup untuk disuntikkan pada penduduk mereka.
Tedros menegaskan, “Nasionalisme vaksin, ketika segelintir negara telah mengambil bagian terbesar, secara moral tidak dapat dipertahankan."
"Itu merupakan strategi kesehatan masyarakat yang tidak efektif melawan virus penyerang pernapasan ini yang bermutasi secara cepat dan semakin efektif berpindah dari manusia ke manusia.” Tedros mencatat bahwa para menteri keuangan dari kekuatan ekonomi dunia G-20 akan bertemu akhir pekan ini di Venesia.
Dia meminta para menteri keuangan dan pemimpin lainnya untuk mendukung seruan agar 10 persen penduduk di semua negara sudah divaksinasi pada September mendatang, serta agar angka itu meningkat menjadi 40 persen pada akhir tahun 2021.
Katanya, menyediakan pendanaan yang perlu untuk mencapai produksi dan distribusi yang setara dari berbagai alat kesehatan merupakan cara tercepat untuk mengakhiri tahap pandemi yang akut ini, menyelamatkan nyawa dan kehidupan, serta mendorong sebuah pemulihan ekonomi yang benar-benar bersifat global.
Sementara itu di Indonesia, beberapa epidemiolog mengusulkan pemberian vaksin dosis ketiga bagi para tenaga kesehatan (nakes) di tengah meningkatnya jumlah kematian kolega mereka akibat Covid-19 dan tingginya peningkatan kasus positif di Indonesia.
Pemberian dosis ketiga ini disebut sebagai pendorong untuk meningkatkan atau menjaga efikasi vaksin Sinovac dan juga melindungi tenaga kesehatan dari serangan varian virus baru, seperti Delta yang dilaporkan lebih menular.
Hal tersebut diungkapkan epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko dan Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terkait wacana pemberian dosis ketiga belum ada publikasi ilmiah dan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
(*)