Inilah Perang Puputan Margarana Bali, Ketika Isi Perjanjian Linggarjati Hanya Mengakui Jawa, Madura, dan Sumatera sebagai Republik Indonesia

Khaerunisa

Penulis

Patung I Gusti Ngurah Rai di Bali, sosok yang pimpin Perang Puputan Margarana, buntut kekecewaan rakyat Bali terhadap isi Perjanjian Linggarjati.
Patung I Gusti Ngurah Rai di Bali, sosok yang pimpin Perang Puputan Margarana, buntut kekecewaan rakyat Bali terhadap isi Perjanjian Linggarjati.

Intisari-Online.com - Isi Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani Indonesia pada 25 Maret 1947, memicu perlawanan rakyat Bali, kenapa?

Perundingan yang berlangsung sejak 11 November hingga 15 November di Climus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat itu menghasilkan sejumlah kesepakatan.

Salah satunya adalah bahwa Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.

Kemudian Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia, yang terdiri dari wilayah-wilayah tersebut di atas, selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949.

Baca Juga: Salah Satunya Tunda Penyelesaian Masalah Irian Barat, Inilah Isi Perjanjian KMB yang Ditandatangani Demi Selesaikan Sengketa Kedaulatan Indonesia dengan Belanda

Hanya wilayah Jawa, Sumatera, dan Madura saja. Inilah yang memicu kekecewaan rakyat Bali.

Rakyat Bali yang kecewa kemudian melancarkan perlawanan terhadap Belanda.

Perlawanan rakyat Bali yang dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai, selaku Kepala Divisi Sunda Kecil.

Seperti apa pertempuran yang dikenal sebagai Puputan Margarana ini?

Baca Juga: 'Siap, Saya Salah', UcapPraka Izroi, Anggota Paspampres yang Cekcok dengan Polisi, Langsung Dipuji Netizen KarenaTetap Tenang dan Sabar

I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya bertempur secara habis-habisan untuk mengusir Belanda.

Pada 18 November 1946, markas pertahanan atau militer Belanda di Tabanan, Bali mereka serang secara habis-habisan.

Hal itu membuat Belanda murka dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengepung Bali, khususnya Tabanan.

Belanda mengirimkan pasukan 'Gajah Merah', 'Anjing Hitam', 'Singa', 'Polisi Negara' dan 'Polisi Perintis.

Baca Juga: Sikap Kalemnya Dipuji Warganet, Inilah Praka Izroi, Sosok Paspampres yang Viral Usai Dihadang dan Dibentak Petugas Penyekatan PPKM

Tidak hanya itu, Belanda juga mengirimkan tiga pesawat pemburu miliknya.

Pasukan yang dikirim Belanda tersebut mulai melakukan serangan pada 20 November 1946 pukul 05.30 WITA, dengan menembaki area pasukan warga Bali.

Kekuatan persenjataan yang dimiliki pasukan tersebut tergolong minim, sehingga mereka belum bisa melakukan aksi balas serangan kepada pasukan Belanda.

Sekitar pukul 09.00 WITA, pasukan Belanda yang kira-kira berjumlah 20 orang mulai mendekat dari arah barat laut.

Baca Juga: Lagaknya Sok SangarKirim Pesawat Tempur Tiap Hari untuk Provokasi, Nyatanya Militer China Dipaksa Mundur Ketika Taiwan Keluarkan Rudal ini, Langsung Kocar-kacir

Beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan, rupanya 17 orang pasukan Belanda ditembak mati oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.

Setelah mengetahui jika pasukannya mati, Belanda melakukan aksi serangan dari berbagai arah.

Namun, upayanya tersebut beberapa kali mengalami kegagalan karena pasukan Ciung Wanara berhasil melakukan aksi serangan balik.

Tidak hanya itu, Belanda juga sempat menghentikan aksi serangannya selama satu jam.

Baca Juga: Nafsu Menggebunya untuk Kuasai 'Harta Karun' Senilai Rp50 Kuadriliun Kian Tak Tertahan, China Tertangkap Tangan Tengah Membangun Senjata Superbesar, Terungkap Lewat Foto Udara

Namun, beberapa saat kemudian, Belanda kembali menyerang dengan mengirimkan banyak pasukan serta pesawat terbang pengintai, kira-kira pukul 11.30 WITA.

Serangan tersebut kembali berhasil dihentikan oleh pasukan Ciung Wanara.

Akhirnya Belanda dan pasukannya mundur sejauh 500 meter ke belakang untuk menghindari pertempuran.

Kesempatan itu kemudian digunakan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya untuk meloloskan diri dari kepungan musuh.

Baca Juga: Italia vs Inggris di Euro 2020, Serba-serbi Final di Benua Biru

Ketika I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya dalam perjalan meloloskan diri, rupanya Belanda mengirimkan pesawat terbang untuk memburu mereka.

Untuk terakhir kalinya I Gusti Ngurah Rai menyerukan "Puputan", yang berarti habis-habisan, mereka bertempur melawan Belanda sampai titik darah penghabisan.

I Gusti Ngurah Rai dan 1372 pejuang Dewan Perjuangan Republik Indonesia Sunda Kecil gugur dalam pertempuran itu.

Sosoknya kini dikenang sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Baca Juga: Inilah Perang yang Permalukan China, Rebutan ‘Barang Haram’ Ini dengan Inggris Hingga Harus Kehilangan Salah Satu Wilayahnya

(*)

Artikel Terkait