“Naluri saya mengatakan kepada saya,” kata Marie, “bahwa siapa pun yang membiarkan diri mereka dideportasi adalah tiket sekali jalan menuju kematian. Saya tidak ingin menjadi bagian dari komunitas kematian. Saya ingin hidup.”
Ia lalu meminta kepada seorang pengawas yang ramah untuk ‘dilepaskan’.
Pengawasnya itu bertanya apakah Marie benar-benar ingin berada ‘di luar sana – di gurun es’, tetapi akhirnya dia menandatangani surat dengan alasan sakit dan dengan bantuan seorang tukang pos, pengawas itu berpura-pura menjadi tetangga dan menulis ke kantor tenaga kerja yang menyatakan bahwa Marie telah dipindahkan ke timur.
Marie kemudian mengecat rambutnya dan mendapatkan identitas palsu.
Ketika itu Marie berusia 19 tahun dan sendirian di Berlin yang dikuasai Nazi.
Marie, seperti apa yang disebut Nazi sebagai ‘kapal selam’, seorang Yahudi yang menyelam di bawah permukaan masyarakat untuk mencari keselamatan.
Marie kemudian diberi tahu tentang orang-orang Yahudi yang menikah dengan orang China dan dapat meninggalkan Jerman.
Lalu, dia bertunangan dengan seorang pria bernama Schu Ka Ling, tetapi ketika dokumen sedang diselesaikan, pria itu meninggalkannya demi wanita lain.
Kehidupan Marie adalah rangkaian perpindahan dari satu rumah ke rumah lainnya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR