Awalnya Carmel tertarik dengan tugasnya karena dia yakin bisa belajar banyak soal bahasa Arab, tetapi dia hnaya diajari mengeluarkan perintah militer seperti Berhenti, Angkat Tangan, Tinggalkan Ruangan, dan Masuk Rungan.
Tak ada konteks sosial, dan hanya bersifat intruksi.
Hingga suatu ketika dia diperintahkan untuk berbicara dengan otoritas Palestina, tetapi karena dia hanya bisa sedikit bahasa Arab.
"Itu adalah pengalaman yang memanusiakan bagi saya," katanya.
"Orang Israel mengatakan 'Mereka semua ingin membunuh kami', itu adalah sesuatu yang Anda dengar di Israel," jelasnya.
"Tapi sebagai seorang perwira di distrik Jenin, saya bertemu banyak orang Palestina setiap hari. Saya menyadari itu tidak benar. Mereka adalah manusia," jelasnya.
Setelah dua tahun, Carmel mengatakan keraguannya semakin besar.
Pendudukan sebagai pertahanan terhadap teroris Palestina adalah salah satu dimensi dari apa yang dia saksikan.
Dia menambahkan bahwa mempermalukan dan menanamkan ketakutan pada warga Palestina adalah hal lain.
Source | : | business insider |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR