Pada suatu malam dia berkendara ke sebuah desa Palestina dengan jip IDF dan menyaksikan pengemudinya menabrak tong sampah di luar setiap rumah.
Lalu meninggalkan jejak sampah yang berbau busuk dan sayuran yang membusuk di jalan.
Mereka menggedor pintu sebuah keluarga Palestina, katanya, dan meminta orang tua dan anak-anak yang bermata pucat itu datang ke pintu dan menjawab daftar pertanyaan.
Carmel mengatakan dia mencoba tersenyum pada seorang anak laki-laki Palestina, tapi dia balas melotot.
Proses tersebut tidak mengungkapkan apa-apa yang jarang terjadi, menurut Carmel dan tidak memiliki tujuan militer yang jelas.
Ketika tentara keluar dari desa, warga Palestina di atas atap melemparkan bom cat ke jip mereka, katanya, menambahkan bahwa seorang tentara Israel menjulurkan senjatanya ke luar jendela dan menembakkan peluru berujung karet dengan liar.
"Saat itulah saya menyadari bahwa saya ingin keluar dari militer. Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang saya anggap tidak bermoral," katanya.
"Kami menghukum orang yang tidak melakukan apa-apa," tambahnya.
"Ya, ada teror, dan beberapa orang sangat mengancam kami. Tapi pendudukan adalah sistem kekerasan yang terus-menerus," jelasnya.
Source | : | business insider |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR