Negara kekuatan nuklir seperti China dan AS bebas tandatangani protokol yang menyebutkan tidak akan melanggar pakta tersebut tapi sejauh ini tidak ada dari mereka yang sudah melakukannya.
Hal ini sebagian besar dikarenakan atas perbedaan mengenai jaminan keamanan dan definisi teritori tersebut, serta utamanya karena sengketa Laut China Selatan.
Dahulu, Beijing mengatakan mereka tidak setuju dengan dihapusnya pembatasan zona tersebut, tapi kini Beijing bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Asean.
Rabu kemarin, Fu Cung, direktur departemen pengelolaan senjata di dalam kementerian luar negeri China, mengatakan Beijing sedang bersiap-siap menawarkan protokol ini.
"Ya, China siap menjadi yang pertama tandatangani Protokol untuk Pakta Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara," jelas Fu dalam cuitannya membalas pertanyaan Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika di Washington.
Di bawah protokol itu, penandatangan wajib tidak akan mengembangkan, memproduksi atau memiliki senjata nuklir di zona pakta.
Menguji atau menggunakan senjata nuklir juga dilarang di manapun selama di dalam atau di luar zona pakta yang mencakup landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif, sebuah perbatasan yang diperdebatkan dengan sengit oleh China dan beberapa anggota Asean.
Konflik Laut China Selatan memang semakin tegang dan mulai muncul kekhawatiran jika negara-negara di wilayah itu harus mengambil sikap.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR