Advertorial
Intisari-Online.com – Berat badan berlebih tentunya akan membawa dampak yang buruk untuk kesehatan di masa depan.
Satu-satunya cara untuk mendapatkan bentuk tubuh dan berat badan ideal adalah menurunkannya.
Namun, proses menurunkan berat badan untuk mencapai angka ideal tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada yang bisa cepat menurunkannya, namun beberapa orang yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Seorang pelari asal California, AS, Gina Davie bahkan merasa perjuangannya menurunkan berat badan berlangsung seumur hidup.
Semuanya dimulai dari usia anak-anak hingga dewasa.
Saat duduk di kelas satu SD, Davie kecil menjadi bahan olok-olokan anak seusianya karena berat badannya mencapai 47 kg.
Sang ibu yang merasa bingung harus melakukan apa akhirnya membawa Davie ke dokter gizi.
Di usia 7 tahun, ia mulai menjalani diet pertamanya. Berat badan Davie berhasil turun ke angka ideal.
Banyak orang yang senang dengan perubahan itu dan bahkan sampai merayakannya.
Sayangnya, semua itu hanya bertahan dalam waktu singkat.
Davie kembali mengalami kenaikan berat badan karena tidak mendapatkan cukup informasi dan pola makan yang berantakan.
"Saya diberi tahu makanan yang tidak boleh dimakan, tetapi itu terlalu membingungkan dan rumit," kata Davie.
Di usia 28 tahun, berat badannya naik dan mencapai 136 kg.
Hal ini membuat Davie malu dan merasa dirinya tidak berharga. Ia kehilangan banyak kesempatan karena merasa tidak pantas untuk mendapatkannya.
Di sisi lain Davie juga merasa bosan tidak ingin orang lain mengolok-oloknya.
Susah punya anak
Terlebih setelah tiga tahun menikah, dirinya dan suami tak kunjung diberikan momongan.
Kala itu Davie diberitahu sulit memiliki anak dan masalah utama adalah berat badannya.
"Saya tidak ingin menyia-nyiakan satu dekade lagi untuk membiarkan hidup terus berlalu. Jadi saya memutuskan untuk pergi ke Weight Watchers pada September 2006 dan membuat perubahan," katanya.
Dari situlah Davie mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Ia memahami makanan apa yang harus dikonsumsi.
Selain itu, ia juga mendapatkan pendampingan yang mengajarkan batasan soal makanan.
Semuanya berdasarkan sistem poin. Davie bisa memakan semua makanan yang diinginkan tapi mencatatnya dan memberikan poin.
Ketika jatah poin hariannya habis, maka ia harus berhenti makan.
"Dengan menciptakan batasan itu, saya belajar untuk hadir dan sadar tentang apa yang dimakan, serta bagaimana, kapan, dan mengapa saya makan," kata Devie.
Diakui olehnya, sebelum mempelajari semua itu, cara makannya sangat 'heboh' dan tidak memperhitungkan rasa lapar.
Ia sanggup makan begitu banyak makanan cepat saji seperti dua burger, kentang goreng, dan soda berukuran besar di malam hari.
Menurut perempuan yang kini berusia 42 tahun, Weight Watchers membantunya merasa lapar untuk pertama kali dalam hidup.
Davie belajar membangun hubungan kembali dengan tubuhnya. Ia sadar berat badan 136 kg tidak ada hubungannya dengan tubuh.
Kalau pun ada, itu hanya terasa sangat menyakitkan. Oleh karenanya, Davie mencoba menghilangkan berat badan tersebut.
Vegetarian
Pola makannya menjadi sangat berbeda. Sekarang dirinya adalah seorang vegetarian yang menyukai salad, sayuran panggang, nasi, kacang-kacangan, tahu, dan kopi.
"Saya tidak menghalangi diri saya sendiri. Tapi juga tidak ingin lagi mengonsumsi makanan yang biasa saya makan," tambah Davie.
Perubahan itu membawa perasaan berbeda ke dirinya. Ia senang ketika menyadari konsumsi makanan sehat memberikan energi dan meningkatkan suasana hati.
Davie juga akhirnya paham jika makanan yang tidak terlalu bergizi memiliki efek negatif bagi kesehatannya.
Seiring berjalannya waktu, ia berhasil menurunkan berat badan hampir 30 kg.
Selain itu, dirinya juga dinyatakan positif hamil.
Di masa kehamilannya, Davie tetap menggunakan Weight Watchers karena ingin memberikan nutrisi yang cukup untuk bayinya.
Setelah melahirkan, ia berjuang untuk menurunkan berat badan kembali dan merasa termotivasi oleh keinginan menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Setelah memiliki dua anak, Davie merasa siap untuk mencoba dan mencapai target berat badan idealnya.
Setelah itu, ia juga ingin berat badannya tetap stabil.
Dirinya kemudian menyadari menjaga pola makan saja tidak cukup. Davie harus berolahraga untuk menjaga tubuhnya tetap bugas.
Pilihan jatuh ke lari.
"Berlari membuat orang merasa sehat dan bugar sehingga saya mencobanya pada 2011. Ternyata itu mengubah permainan untuk berat badan dan hidup saya," katanya.
Ketika mencoba lari pertama kali, Davie memiliki target untuk mencapai objek tertentu.
Setelah berhasil, ia akan berjalan sebentar dan kemudian lari lagi.
Perjuangannya memang sangat keras dan tidak mudah. Bahkan dirinya pernah mengalami kehabisan napas dan merasa kakinya seperti patah.
Saat itu Davie tetap harus berjalan pulang.
Sepanjang perjalanan ia menangis karena berpikir itulah akhir dari olahraga larinya.
Kemudian ia berbincang dengan seorang kerabat dan diberi tahu jika kemungkinan masalah yang dihadapinya bersumber dari IT band atau sindrom ligamen iliotibial.
Kerabat Davie kemudian memberinya beberapa sumber daya yang cocok untuk lari.
Seminggu setelah istirahat dan menjalani pemulihan, ia mendapatkan sepatu baru dan mulai meningkatkan kecepatan berlarinya.
"Momen besar bagi saya adalah balapan 5K pertama. Saat itu saya yakin dan percaya diri saya pelari," kata Davie.
Padahal sebelum perlombaan itu, ia tidak pernah berlari sejauh 5 kilometer mempuh jarak sejauh maupun hanya berlari tanpa berjalan.
Ketika perlombaan berlangsung, dirinya mendapatkan dukungan dari suami dan anak-anak.
Hal itu memotivasi Davie untuk terus berlari.
"Saya melewati garis finish dan menangis. Tidak ada kata-kata yang dapat sepenuhnya mengungkapkan perasaan saya."
"Saya yang dulunya hanya melihat diri saya sebagai gadis gemuk dan tidak terlalu berharga ternyata bisa menyelesaikan perlombaan itu," kata Davie.
Momen itu membuatnya beralih dan berpikir hidupnya bisa jauh lebih baik dari yang pernah dibayangkan.
Davie kemudian berhasil menurunkan berat badan dengan total 56 kg pada 2011.
Sejak saat itu, ia gemar mengikuti maraton.
Bahkan dirinya menjadi pelatih lari bersertifikat RRCA dan memulai bisnis pelatihannya.
Davie sangat bersyukur bisa lari setiap lari karena ia tahu tidak selamanya bisa melakukan itu.
Dirinya berusaha untuk menikmatinya selagi bisa dan menganggap lari adalah kesenangan.
"Bagi siapa pun yang ingin melakukan perubahan serupa dalam hidup, saran saya adalah ambil kesempatan yang bahkan tidak dapat bayangkan sebelumnya," ujar Davie.
Lari mengajarkannya untuk percaya pada diri sendiri bisa melakukan perubahan, mampu melakukan hal-hal sulit, dan pergi dari ketakutan.
Hal itu mengubah cara Davie memandang dirinya dan orang lain.
"Tidak peduli seperti apa penampilan atau kecepatan larinya, yang penting adalah bangkit dan berusaha keluar."
"Yakin pada keputusan untuk menjadikan diri sendiri berharga dan kesehatan sebagai prioritas," pungkasnya. (Maria Adeline Tiara Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Gina Davie, Jadi Pelari Setelah Turunkan Berat Badan 56 Kg"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari