Advertorial
Intisari-online.com -Konflik Nagorno-Karabakh disebut-sebut tidak melibatkan isu agama.
Namun hal itu diragukan banyak pihak, karena Azerbaijan dan Armenia adalah dua negara dengan mayoritas agama yang berbeda.
Menariknya, ada sebuah bukti tidak terelakkan jika isu agama di Nagorno-Karabakh tersebut tidak hanya melibatkan agama Islam dan agama Kristen.
Mengutip atalayar.com, negara dengan mayoritas agama Yahudi rupanya juga ikut andil dalam konflik itu.
Armenia, negara Kristen, mengatakan kepada negara Yahudi yaitu Israel untuk berhenti menjual senjata kepada negara Muslim, atau Azerbaijan.
Canggung, bukan? Pastinya, mengingat ketiga agama tersebut memiliki praduga masing-masing.
Kecanggungan utamanya, mengapa Israel menjual senjata kepada Azerbaijan di saat negara itu bahkan tidak mengakui Palestina, sebuah negara Islam di wilayah yang bersinggungan dengan mereka.
Tentunya hal itu membuat Armenia gemas, untuk apa Israel turut campur dalam konflik dua negara pecahan Uni Soviet ini?
Tidak dipungkiri, hal ini tunjukkan bahwa isu agama pun bisa diterabas saja saat membicarakan jutaan dolar dalam bisnis perdagangan senjata.
"Suplai senjata modern dari Israel ke Azerbaijan sangat tidak diterima di tengah agresi skala besar oleh negara ini terhadap Armenia dan Artsakh (Nagorno-Karabakh)," papar Anna Nagdalian, juru bicara luar negeri untuk pemerintah Armenia saat konferensi pers.
"Posisi seperti itu sangat tidak diterima oleh kami, dan kami mengambil keputusan untuk menarik duta besar kami untuk konsultasi," lanjutnya.
Kamis malam, Armenia memanggil duta besar mereka untuk Israel untuk konsultasi terkait penjualan senjata Israel ke Azerbaijan.
Pemanggilan tersebut dilaksanakan berselang dua minggu setelah Armen Smbatyan ditunjuk menjadi duta besar Armenia untuk Israel.
Di hari yang sama, Azerbaijan dilaporkan sudah menggunakan senjata buatan Israel untuk melawan pasukan Armenia.
Keputusan Armenia untuk menarik duta besar mereka disayangkan oleh Menteri Luar Negeri Israel.
Armenia rupanya juga memiliki dendam dengan Israel, karena negara Yahudi tersebut tidak pernah mengakui kasi genosida warga Armenia yang dilakukan oleh Kesultanan Ottoman pada 1915.
Lalu, apa penyebab hubungan Israel dengan Azerbaijan hangat?
Rupanya, Azerbaijan memberikan informasi yang sangat menguntungkan untuk Israel.
Sejak kemerdekaan mereka pada 1991, Azerbaijan memiliki hubungan dengan Israel.
Kini, Azerbaijan menyediakan informasi mengenai Iran untuk intel Israel.
Hal tersebut tentunya membuat Tel Aviv tidak akan mengabaikan sekutu penting seperti itu saat perang.
Perlu diketahui, Azerbaijan dan Iran adalah dua negara Islam Syiah, jadi, mengapa Azerbaijan seperti menusuk Iran dari belakang?
Rupanya, fakta kedua negara sama-sama negara Syiah tidaklah penting, karena pemerintah di Baku lebih condong ke arah sekuler, dan itu membuat persekutuan Muslim dan Yahudi mungkin terjadi.
Baku dan Tel Aviv membagikan tujuan yang sama: mengontrol propaganda Islam Iran.
Tahun 2016 majalah Foreign Policy tunjukkan jika aliansi antara Israel dan Azerbaijan telah semakin dalam dan di publikasi yang sama dilaporkan datangnya kesepakatan antara kedua negara untuk perbolehkan Tel Aviv gunakan bandara Azerbaijan untuk luncurkan serangan militer kepada instalasi nuklir Iran.
Bukti selanjutnya adalah surat kabar Israel Haaretz merilis laporan bank yang tunjukkan transfer uang dari perusahaan militer raksasa Israel, Israel Aerospace Industries kepada dua perusahaan yang dicurigai lakukan pencucian uang untuk pemerintah Azerbaijan.
Transfer itu menurut informasi Haaretz dmulai beberapa bulan setelah perjanjian perdagangan senjata senilai 1,6 miliar Dolar ditandatangani oleh rezim Azerbaijan.
Israel bukan peserta langsung dalam ketegangan yang baru terjadi di Nagorno-Karabakh, tapi kolaborasi keduanya penting dalam kemajuan militer Azerbaijan.
Laporan tahun 2012 tunjukkan pembelian senjata oleh Azerbaijan sebesar 1,6 miliar Dolar yang dibuat oleh perusahaan Israel yang sama.
Asal mula hubungan hangat
Israel dan Azerbaijan mencapai hubungan diplomatik pada April 1992, dan setahun setelahnya, Israel membuka kedutaan mereka di ibukota Azerbaijan.
Sejak saat itu hubungan mereka telah dipertahankan dan diperdalam, seperti perjalanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Baku, tahun 2016.
Di tahun yang sama, Netanyahu mengatakan bahwa negara Azerbaijan telah membeli senjata dari Israel senilai 5 miliar dolar.
Termasuk dari pembelian tersebut adalah pesawat tanpa awak dan sistem satelit.
Setahun kemudian, Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), sebuah kelompok yang ahli dalam konflik bersenjata, melaporkan jika Baku telah membeli 127 juta Dolar dalam teknologi militer.
Institut tersebut juga laporkan bahwa selama tahun 2006 sampai 2019, Azerbaijan habiskan sebanyak 825 juta Dolar atas senjata, termasuk drone, amunisi, rudal anti tank dan peluncur rudal permukaan.
Tahun 2012, Institut tersebut sudah membicarakan mengenai akuisisi senjata oleh dua negara, yang indikasikan risiko tinggi kelanjutan konflik di wilayah tersebut.
Lebih lanjut lagi, dalam video wawancara dengan situs berita Israel, Walla, Rabu ini, ajudan presiden Azerbaijan Hikmat Hajiyey mengatakan Azerbaijan menggunakan "beberapa" drone buatan Israel dalam perang di Nagorno-Karabakh, tanpa sebutkan berapa banyak jumlahnya.
"Kami memiliki salah satu drone terkuat di wilayah ini. Dan salah satunya dari Israel, ada juga drone lain tapi drone Israel paling istimewa, termasuk drone penyerangnya, serta drone kamikaze 'Harop' yang terbukti sangat efektif," papar Hajiyec.
Persekutuan ini juga didasarkan atas sejumlah faktor geostrategi: pertama yaitu ancaman hilangnya kontrol politik Azerbaijan di Nagorno-Karabakh dan perlunya mereka mengubah situasi dengan program militer yang tangguh.
Itulah sebabnya mereka memerlukan teknologi pertahanan militer yang canggih, yaitu dari Israel.
Sementara itu perusahaan pertahanan Yahudi telah melatih pasukan khusus Azerbaijan, membangun sistem keamanan untuk bandara Baku dan meningkatkan kemampuan peralatan militer era-Soviet seperti tank lawas mereka.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini