Advertorial
Intisari-online.com -Peperangan di Nagorno-Karabakh yang libatkan Armenia dan Azerbaijan rupanya belum tunjukkan akan mereda dalam waktu dekat.
Mengutip Al Jazeera, ini beberapa perkembangan terbaru dari wilayah penuh konflik itu.
Pejabat pertahanan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan Armenia yang tewas bertambah 23 orang.
Dengan itu, total anggota militer yang tewas telah sampai ke angka 555 sejak meledaknya perang pada 27 September.
Perang ini dikhawatirkan akan menjadi perang terburuk dalam sejarah Armenia dan Azerbaijan sejak tahun 1990-an, saat 30 ribu warga terbunuh.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendiskusikan yang terbaik untuk konflik Nagorno-Karabakh.
Erdogan mengatakan kepada Putin lewat telepon jika Ankara menginginkan solusi permanen untuk isu Nagorno-Karabakh.
Kedua pemimpin tersebut putuskan untuk membuat "usaha gabungan" untuk hentikan perang.
Amerika tidak tinggal diam melihat kondisi Nagorno-Karabakh.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan AS akan tetap berkomitmen membantu Azerbaijan dan Armenia.
AS juga ingin perang reda dan penyelesaian yang damai untuk konflik kedua negara.
"Kami memanggil kedua negara untuk setuju terkait komitmen gencatan senjata.
"Kedua negara juga sebaiknya berhenti menargetkan area sipil," ujarnya.
Penjualan senjata dari Turki ke Azerbaijan dalam jumlah ganjil
Ada laporan yang tunjukkan ekspor militer Turki ke Azerbaijan telah meningkat 6 kali lipat tahun ini.
Penjualan drone dan peralatan militer lain meningkat ke 77 juta Dolar AS bulan lalu.
Angka yang ganjil itu didapatkan sebelum terjadi perang Nagorno-Karabakh, menurut data ekspor Turki.
Gambaran lengkapnya adalah Azerbaijan membeli 123 juta Dolar AS untuk peralatan pertahanan dan penerbangan militer dari Turki.
Pembelian tersebut dilangsungkan sejak Januari hingga September 2020.
Data didapat dari Dewan Eksportir Turki, yang melingkupi lebih dari 95 ribu perusahaan eksportir di 61 sektor.
Sebagian besar pembelian tersebut antara lain untuk drone, peluncur roket, amunis dan senjata-senjata lain.
Semua itu datang ke Azerbaijan setelah Juli.
Penjualan meningkat dari 278.880 Dolar AS pada Juli menjadi 36 juta Dolar AS pada bulan Agustus.
Kemudian, meningkat lagi 77,1 juta Dolar AS pada September.
Total penjualan militer ke Azerbaijan pada 9 bulan pertama tahun 2019 adalah 20,7 juta Dolar.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan Azerbaijan berniat mengklaim seluruh wilayah Nagorno-Karabakh.
Ia juga menggambarkan situasi di zona konflik sebagai "kondisi yang sangat sulit".
Pashinyan mengatakan dalam pidatonya jika Azerbaijan dan Turki tidak ingin menghentikan agresi mereka.
Sementara itu, pasukan Artsakh menuduh Azerbaijan melanggar perjanjian kemanusiaan.
Pasukan Pertahanan Artsakh di Nagorno-Karabakh mengatakan Azerbaijan "terus-terusan melanggar perjanjian kemanusiaan, menarget perjanjian perdamaian".
Ia menuduh pemerintah Azerbaijan membom kota Martakaret.
"Selain mengebom kota Martakaret, musuh juga siapkan pasukan angkatan udara di arah timur laut," ujarnya dalam cuitan Twitternya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Azerbaijan menuduh balik pemerintah Armenia mengebom kota Tartar, membunuh 1 orang sembari mencederai 6 orang lainnya.
Korban jiwa belum diketahui apakah ada warga sipil yang terbunuh dalam tuduhan pengeboman tersebut.
Tuduhan Erdogan mengirim pasukan Suriah untuk membantu Azerbaijan
Grup OSCE Minsk yang terdiri dari Rusia, Perancis dan AS menuduh Presiden Turki Erdogan mengirimkan pasukan dari Suriah ke Azerbaijan.
Erdogan menyangkal tuduhan tersebut, dalam pidatonya kepada para anggota DPR yang dari partainnya.
Namun Erdogan tidak menyangkal jika ia mendukung Azerbaijan.
Erdogan juga mengatakan grup Minsk telah mengulur waktu dalam menangani konflik Nagorno-Karabakh.
Ia menyebut wilayah tersebut harus dikembalikan ke Azerbaijan.
Karena hal ini, Rusia tidak setuju dengan posisi Turki di konflik tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow menolak keras posisi Turki di konflik Nagorno-Karabakh.
Solusi militer bagi Rusia juga tidak dapat diterima.
"Kami tidak setuju dengan posisi yang disuarakan oleh Turki, yang digemakan beberapa kali oleh Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev," ujar Lavrov dalam wawancara dengan stasiun radio lokal.
"Bukan rahasia jika kami tidak bisa menerima pernyataan bahwa solusi militer untuk konflik itu diperbolehkan."
Lavrov sarankan kirimkan pengamat militer Rusia ke titik kontak Nagorno-Karabakh, tapi atas persetujuan Armenia dan Azerbaijan.
Presiden Aliyev peringatkan Armenia jangan menyerang saluran pipa gas mereka.
Dalam wawancara di Haberturk, Aliyev kirimkan peringatkan Armenia mengenai saluran pipa gas milik Azerbaijan.
"Armenia mencoba menyerang dan mengambil alih saluran pipa kami," ujar Aliyev.
"Jika Armenia mencoba hal itu, kami tidak akan tanggung-tanggung dalam menyerang mereka."
Komunitas internasional khawatir perang ini akan lebih panjang lagi karena Nagorno-Karabakh merupakan koridor penting terkait saluran pipa minyak dan gas ke pasar dunia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini