November 2017, Bangladesh dan Myanmar telah menandatangani kesepakatan repatriasi.
Setahun kemudian, PBB terlibat dalam apa yang seharusnya menjadi usaha menciptakan kondisi kondusif bagi pengungsi Rohingya untuk kembali.
Namun hanya beberapa orang saja yang berhasil kembali, dan lewat pengaturan lokal.
Kelompok gabungan yang terdiri dari perwakilan Myanmar dan Bangladesh belum bertemu kembali sejak Mei tahun lalu.
Sejak Myanmar menunda beberapa pertemuan yang sudah dijadwal, pejabat Bangladesh mengatakan jika Myanmar gunakan pandemi Covid-19 untuk hindari mengurusi para pengungsi itu.
Harian lokal Bangladesh juga laporkan bahwa Dhaka telah mengumpulkan dan mengirim informasi mengenai 600.000 warga Rohingya ke Myanmar.
Namun, Myanmar berikan Bangladesh jika informasi yang ada di mereka hanya ada 30 ribu pengungsi, serta menolak 30-40% dari mereka semua.
Rupanya, verifikasi identitas pengungsi adalah isu besar di Myanmar.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR