Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak tahun 2011 hingga ini, Suriah menjadi wilayah konflik.
Di mana telah terjadi perang saudara hinggaintervensi internasional.
Melihat kondisi di Suriah, tercatat ada lebih dari 4,8 juta pengungsi telah melarikan diri dari Suriah.
Diketahui, lebih dari 1 juta orang telah mengungsi ke Lebanon.
Banyak dari pengungsi masih berusia belia, dan satu dari empat perempuan Suriah di Lebanon telah menikah sebelum berusia 18 tahun.
Para pengantin anak Suriah ini rata-rata menikah karena terpaksa dan karena perang.
Pada tahun 2016, seorang wartawan foto bernama Magnus Wenman berhasil memotret para pengantin anak Suriah itu.
Ia juga mewawancarai mereka tentang kehidupan serta harapan mereka untuk masa depan.
Taghrid (15 tahun)
“Orang yang akan kunikahi begitu jelek. Ia penuh dengan lemak dan terlihat lebih tua dari ayahku."
"Aku tidak tahan membayangkan bahwa ia akan menyentuhku, bahwa ia akan menjadi suamiku."
"Saya sering menangis dan memohon kepada ayah dan ibu supaya tidak memaksaku."
"Cincin yang telah ia berikan kepadaku ingin saya lepaskan segera."
"Setiap kali aku menyentuhnya, aku berpikir tentang bagaimana hidupku akan berakhir."
"Aku berhenti sekolah ketika kelas 6 karena perang. Mereka membom sekolahku, dan kami terpaksa pindah."
"Aku tidak pernah kembali lagi ke kelas, dan aku begitu merindukan segala sesuatu tentangnya."
"Aku hanya berpikir betapa tidak adilnya ini—aku tidak pernah bertanya lebih banyak tentang hidup."
"Aku hanya ingin ada makanan di atas meja dan aku ingin pergi ke sekolah (lagi)."
"Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Aku membutuhkan orang yang bisa melindungiku dan keluargaku."
Mona (14 tahun)
“Ia berusia 28 tahun ketika aku bertemu dengannya, dan aku 13 tahun."
"Aku tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi dengan seorang laki-laki dan perempuan."
"Sebelum kami menikah, ibu mengatakan kepadaku bahwa apa yang terjadi di kamar tidur adalah normal dan bahwa aku harus berpikir begitu—bahwa itu adalah normal."
"Pertama, aku benar-benar kaget. Tapi ia sangat diplomatik."
"Sekarang aku sudah terbiasa dengan apa yang terjadi, ketika ia menyentuhku. Tapi itu membutuhkan waktu yang lama."
"Aku merindukan sekolah. Aku akan sangat bergembira jika bisa kembali ke sekolah."
"Mimpiku adalah menjadi pramugari. Tapi aku tahu suamiku tidak akan mengizinkannya."
"Ia bilang bahwa tugasku saat ini adalah mengurusi rumah tangga."
"Saya sekarang menerima saja bahwa ini adalah bagian dari hidup saya ke depan.”
Darime (16 tahun)
“Kami pindah ke sini dari Homs tiga tahun lalu."
"Aku berada di kelas tujuh ketika perang semakin gencar dan itu memaksa kami untuk pindah."
"Aku datang ke sini, tapi ibuku sakit dan tidak ada yang mendukung kami. Aku tidak bisa sekolah."
"Sebaliknya, aku mendapatkan pekerjaan di sebuah toko pakaian, seorang laki-laki tua datang ke toko dan ingin menikahiku."
"Aku berkata ya, berpikir bahwa ia bisa membantu mengurus aku dan ibu."
"Tapi ia menjadi sangat pencemburu dan pemarah dan pengontrol, sehingga mengurungkan niat itu."
"Aku senang tidak jadi menikahinya.”
Taghrid, Mona, dan Darime hanyalah sebagian dari para pengantin muda Suriah yang terpaksa harus menikah ketika usianya belum genap 18 tahun.
Seperti disinggung di awal, satu dari empat perempuan Suriah yang mengungsi ke Lebanon telah menjadi pengantin anak. (Moh. Habib)