Advertorial
Intisari-online.com -Berikut adalah perkembangan terbaru kasus virus Corona di dunia.
Mengutip perhitungan worldometer, sampai artikel ini ditulis ada 9.556.941 kasus virus Corona di dunia.
Dari kasus sebanyak itu ada 485.594 kasus kematian.
Sedangkan pasien yang sembuh sejumlah 5.196.615 orang.
Baca Juga: Manfaat Daun Saga untuk Batuk dan Flu, Kaya Akan Manfaat Lho!
Brasil berada di posisi kedua dengan jumlah pasien Covid-19 total separuh dari kasus di AS.
Pandemi Covid-19 sendiri sudah melanda dunia setengah tahun lebih.
Namun tidak disangka, masih ada orang-orang yang tidak tahu apapun mengenai virus Corona dan Covid-19.
Associated Press (AP) pada Kamis (25/6/2020) mewartakan, sejumlah penduduk migran di Somalia mengaku tak tahu apa pun tentang Covid-19 saat ditanya petugas PBB.
Baca Juga: Obat Penurun Panas pada Bayi dan Anak-anak, Ini yang Boleh dan Tidak !
Petugas migrasi PBB menanyai orang-orang di perbatasan Somalia, salah satu rute migrasi paling berbahaya di dunia.
Perbatasan itu melintasi Laut Merah yang sering dilewati penyelundup, melalui Yaman yang dilanda perang, dan berbatasan dengan negara-negara Teluk yang kaya-raya.
Pertanyaan yang diajukan petugas PBB sangat sederhana, seperti asalnya dari mana, tujuan ke mana, dan kenapa bermigrasi?
Namun, setelah kasus pertama Covid-19 dikonfirmasi Somalia, pertanyaan baru pun ditambahkan: Berapa banyak orang di kelompokmu yang mengetahui virus corona?
Hasilnya mengejutkan, karena hingga 20 Juni tercatat 51 persen atau 3.471 penduduk mengatakan bahwa mereka belum pernah mendengar Covid-19.
"Saat pertama kali mendengarnya saya sangat terkejut," kata Celeste Sanchez Bean, manajer program PBB yang berbasis di ibu kota Somalia, Mogadishu, kepada AP.
Temuan ini menjadi tantangan berikutnya dalam menyebarkan informasi tentang Covid-19 agar menjangkau semua orang, supaya para penduduk yang belum terjamah informasi itu mau memakai masker.
Para penduduk migran itu kebanyakan adalah pemuda dari perdesaan Ethiopia.
Sebagian besar tidak berpendidikan dan berasal dari masyarakat yang tidak bisa mengakses internet.
"Kami telah mewawancarai penduduk migran selama bertahun-tahun," lanjut Bean.
Dalam wawancara-wawancara sebelumnya, banyak juga penduduk migran yang tidak tahu sedang ada perang di Yaman, padahal negara itu adalah tujuan perjalanan mereka.
Mengingat hal tersebut, "Saya tidak terkejut tingkat kesadaran akan virus corona masih sangat rendah," tutur Bean.
Akan tetapi, kabar baiknya, setelah pertanyaan tentang virus corona itu diajukan, jumlah orang yang tidak mengetahui virus corona turun selama belasan minggu.
Awalnya ada 88 persen penduduk yang tidak mengetahui virus bernama resmi SARS-CoV-2 ini.
Siapa pun yang tidak tahu tentang virus corona langsung diberi penjelasan singkat, termasuk bagaimana virus itu menular, serta gambaran gejala dan bagaimana cara mencegahnya.
Lalu, yang membuat Bean khawatir sekarang adalah, wabah Covid-19 mulai melanda Somalia, negara yang tidak stabil akibat konflik selama puluhan tahun.
"Ketika ada penduduk migran dengan tingkat ketidaksadaran seperti itu, dikombinasikan dengan ini... Saya bukan menyebutnya berbahaya, tetapi para migran menempatkan diri mereka dalam risiko."
Risiko kini juga dihadapi penduduk lain.
Di kota-kota seperti Bosaso yang merupakan lokasi keberangkatan kapal ke Yaman, beberapa warga menuding para migran telah membawa virus , kata petugas migrasi PBB.
Sekarang dengan pandemi yang telah melumpuhkan perekonomian lokal, banyak migran sulit mencari pekerjaan sehingga harus lebih berhemat.
"Jadi hidup mereka lebih susah daripada sebelumnya," lanjut Bean.
Ketidaktahuan tentang Covid-19 juga terjadi di sejumlah penduduk lokal.
"Saya pernah mendengar sesuatu seperti itu, tapi tidak ada di sini," kata Fatima Moalin, penduduk Kota Sakow di Somalia selatan, saat dihubungi AP melalui sambungan telepon.
Orang-orang lainnya di perdesaan Somalia, terutama di daerah-daerah yang diduduki kelompok ekstremis Al Shahab yang terkait dengan Al Qaeda, juga mengaku tidak ada virus corona di masyarakatnya.
Pihak berwenang Somalia mengatakan, hal itu disebabkan oleh terbatasnya akses internet, terbatasnya sosialisasi, dan termasuk pembatasan yang diterapkan kelompok ekstremis terhadap dunia luar.
Sementara itu, temuan terbaru dari agen migrasi PBB menunjukkan, orang-orang telantar di wilayah Somalia yang memisahkan diri dari Somaliland mengalami tingkat kesalahpahaman sangat tinggi di sana.
Beberapa orang salah tafsir mengira Covid-19 penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, atau berpikir gejala utama penyakit pernapasan ini adalah diare.
Baca Juga: Ketika Tak Kunjung Pergi Ini Obat Biduran Ampuh Selain Antihistamin
Sementara itu, para responden yang mengetahui virus ini mengaku mendapatkan informasi dari radio, pesan mulut ke mulut, dan pesan di layanan telepon seluler saat menunggu seseorang menjawab telepon.
Pesan semacam Nada Sambung Pribadi (NSP) itu banyak dipakai di negara-negara Afrika.
"Perlahan-lahan, informasinya sampai di sana," ucap Bean.
Somalia merupakan salah satu negara dengan sistem kesehatan terlemah di dunia, kini memiliki lebih dari 2.800 kasus virus corona.
(Aditya Jaya Iswara)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ribuan Warga di Negara Ini Tak Tahu Apa Pun soal Covid-19, Dikira Gejala Diare"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini