Seusai sidang, Sumitro dan Zairin terbang ke Jakarta. Tiba di rumah orang tuanya, Sumitro disambut suasana duka: dua adiknya, Subianto (21) dan Sujono (16) gugur dalam pertempuran melawan Jepang di Tangerang.
Baca Juga: Diiringi Tangisan, Dora Meminta Maaf pada Aiptu Sutisna
Kenyataan ini memperkuat tekadnya untuk melawan Belanda dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI.
Bersama Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Sumitro dan Zairin pada 14 Maret 1946 menyusun argumentasi baru untuk menghadapi diplomasi Belanda.
Dunia internasional menolak Agresi Militer Belanda, 21 Juli 1947. India dan Australia, 30 Juli 1947, membawa persoalan Indonesia ke Sidang Dewan Keamanan di Lake Success AS.
Sutan Sjahrir, H. Agus, Salim, Charles Tambu, Sudjatmoko, dan Sumitro Djojohadikusumo ikut hadir.
Baca Juga: Istri Agus Salim Rela Tak Makan Daging Demi Mendapatkan Anak Sehat, Apa Hubungannya?
Sumitro terpaksa meninggalkan Dora, yang baru enam bulan dinikahinya, pada 7 Januari 1947.
Ketika Sidang Dewan berlangsung, Sumitro meninggalkan New York untuk menghadiri Konferensi Asia yang membahas masalah Indonesia di New Delhi, 18 Januari 1949.
Ia bergabung dengan delegasi Indonesia yang dipimpin Mr. A.A. Maramis.
Masa transisi - mulai dari takluknya Jepang, proklamasi kemerdekaan, hingga usaha-usaha Belanda untuk menjajah kembali - berdampak bagi perekonomian Indonesia.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR