Ketika krisis ekonomi semakin memukul Indonesia, akhir 1997, Sumitro kembali membuat pernyataan tajam.
Dalam tubuh ekonomi nasional melekat berbagai macam penyakit, seperti distorsi dalam bentuk monopoli, oligopoli, kartel, proteksi yang berlebihan, dan subsidi untuk barang-barang tertentu.
Sumitro melukiskan, "Kalau kita hanya bicara ekonomi moneter, obatnya cukup Aspirin. Tapi kalau institutional diseased sudah perlu antibiotika.
Dan saya yakin bisa diatasi dengan antibiotika, tidak perlu sampai diamputasi, karena masih ada kesempatan untuk segera bertindak.
Namun, paket untuk mengatasi disease itu harus dilakukan tanpa pandang bulu dan tak boleh ada intervensi." {Kompas, 11/1/1998).
Dicuekin Bu Tien
Menanggapi soal adanya kolusi antara oknum pejabat dengan oknum konglomerat, Sumitro menegaskan, "Saya tidak setuju ada kolusi dengan alasan apa pun. Hal itu harus diberantas!"
la punya pengalaman menarik. Ada pengusaha yang berusaha "menyogok" dengan mengirim bunga kepada istrinya. Di balik bunga itu terselip perhiasan emas dan berlian!
Sumitro memanggil sekretarisnya, Babes Sumampouw, "Babes, apa-apaan ini. Kirim kembali, pulangkan!"
Pengusaha itu datang mengeluh, "Pak Mitro, mengapa begitu?" Sumitro pun menjawab, "Hati-hati kamu, ya, lain kali. Kamu masih untung saya menteri. Sembrono kamu, kasih perhiasan kepada istri saya. Enggak ada orang lain yang berhak memberi perhiasan kepada istri saya. Itu 'kan menghina seorang suami."
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR