Indonesia memang telah mengeluarkan undang-undang yang mendorong sekolah-sekolah agar merangkul murid-murid berkebutuhan khusus, demi terciptanya kesetaraan akses akan pendidikan.
Namun apa daya, seperti yang dikisahkan oleh Salsa, dia tidak mendapatkan haknya untuk dapat belajar dengan baik.
Artinya, fasilitas yang dia terima sama dengan teman-temannya yang lebih sempurna, sementara dia memiliki keterbatasan dalam penglihatan. Itu artinya, seharusnya dia mendapakan bahan ajar yang menggunakan huruf braille, misalnya.
Bagaimana dia bisa belajar dengan baik, bila diharapkan dia mendapatkan teman sebangku yang bisa membantunya dalam proses belajar, nyatanya dia malahan mendapatkan teman sebangku yang sama-sama berkebutuhan khusus?
Meski masih banyak teman-temannya yang mau membacakan bahan ajar untuknya, nyatanya ketika ditanya apakah teman-teman yang normal mau berteman dengannya? Salsa hanya menggelengkan kepalanya.
Sekarang ini sekolah dasar dan menenangah dasar di Indonesia harus menerima siswa dengan kebutuhan khusus.
Namun, kebanyakan sekolah masih tidak mampu menerima mereka atau bahkan masih menganggap mereka sebagai beban tambahan yang memberatkan prestasi akademis sekolah tersebut.
Meskipun negara wajib menyediakan dukungan tambahan bagi penyandang disabilitas, yang sayangnya dukungan ini amat jarang diadakan.
Kebanyakan sekolah tidak mampu memberikan guru khusus dan infrastruktur yang memudahkan para siswa penyandang disabilitas ini mendapatkan proses pembelajaran dengan baik.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR