Sebelum meletusnya Revolusi, putri tidak suka menonjolkan diri. Dia lebih senang menyendiri dan tidak suka tampil di hadapan umum. Hidupnya tanpa cela, dan dia sama sekali tidak pernah terlibat dalam skandal apapun.
Saat-saat hidup yang sulit dihadapinya dengan tabah. Siapapun yang mengenalnya pasti menaruh hormat, bahkan mengaguminya.
Penampilannya saja demikian mengesankan, sehingga dalam waktu singkat bisa menarik banyak simpati dari orang-orang di sekitarnya.
Gambaran pribadi putri inilah bagi sutradara, tidak cocok dengan konsep cerita film ini secara keseluruhan. Menurut dia, seseorang yang telah membunuh, walau dengan motivasi patriotik sekalipun, tetap tidak akan bisa menarik simpati orang-orang Anglosakson.
Baca Juga: Malam Terakhir Grigori Rasputin, Ketika 'Kesaktiannya' Sempat Menunda Kematiannya
Alasan inilah yang membuat film ini, dimasuki pula unsur lain di samping patriotisme yaitu motivasi pembalasan dendam, membela kehormatan isteri.
Karena itu dalam film ini putri digambarkan sebagai pengagum besar Rasputin. Dia sering mendatangi tempat tinggal Rasputin.
Di sinilah pada suatu hari pendeta itu berkata kepada putri, ketika dia main cinta: "Kau dan aku sekarang akan menghukum Paul". Dalam film ini tidak jelas apakah putri dirayu atau diperkosa.
Terkesan atas pe ngalaman ini, putri kemudian mengatakan kepada suaminya: "Saya rasa dia utusan Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Saya tidak pantas menjadi istrimu".
Ketika putri menyaksikan film ini, dia merasa terpukul dan terhina. Tidak diragukan lagi, bahwa tokoh Natascha memang menggambarkan putri Jussupoff. Dengan film ini putri merasa benar-benar seperti di "telanjangi" dan merasa dihina.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR