Di negara yang melihat hal itu sebagai penghargaan kesederhanaan, banyak yang melihat buku itu kasar dan memalukan.
Sementara yang lainnya mungkin cemas buku itu akan menyesatkan anak-anak.
“Banyak orangtua yang tidak percaya kepada anak mereka sendiri. Mereka pikir bahwa bila kita mengajarkan anak-anak tentang sek, mereka akan mencobanya. Mereka cemas hal itu akan mempercepat perkembangan seksual mereka,” kata Han Xuemei.
Menjawab kontroversi itu, penerbit buku menegaskan bahwa itu berperan dalam mencegah pelecehan.
Dalam pernyataan yang diberi judul “Mengapa kami lakukan ini?”, mereka menyebutkan statistic pelecehan seksual anak berdasarkan usia korban.
Penulis bukunya menuliskan bahwa memahami organ seksual adalah salah satu cara mencegah pelecehan.
“Kami berharap buku panduan ini akan dibaca anak-anak untuk menghargai diri mereka sendiri dan yang lainnya, mengenali bahaya, dan menggunakan ukuran yang sepantasnya untuk melindungi diri mereka sendiri.”
(Baca juga: Pentingkah Pendidikan Seks untuk Remaja?)
Dilansir dari situs MailOnline, Minggu (7/1), para orangtua pun merespon terbitnya kasus ini.
Bulan lalu, buku berjudul ‘Pelajaran untuk Melindungi Diri Sendiri’ dengan subjudul ‘Mengajarkan Anak Bagaimana untuk Menghindari Pelecehan Seksual’, termasuk dalam 10 buku terlaris di situs Dangdang.com, sebuah toko buku anak, dalam waktu 3 minggu.
“Setelah kasus Merah Kuning Biru, aku buru-buru membelikan anakku sebuah buku tentang pendidikan seksual,” cerita Weng Limin (45 tahun), seorang ibu di Shanghai.
Menurutnya, “Anda cemas anak anak terlalu muda untuk pendidikan seks, tetapi sebuah kejahatan tidak punya penyesalan yang sama.”
Media pemerintah di China tampaknya ada dibalik gerakan ini.
Pada akhir November lalu, China Daily mempublikasikan artikel berjudul: “Pendidikan Seksual Diperlukan di Semua Sekolah, Menurut Pakar”.
Beberapa hari kemudian, media milik pemerintah Global Times menerbitkan cerita berjudul: “Pendidikan Seksual Makin Dikenal di Kalangan Orangtua di China”.
“Mengajarkan anak-anak tentang sek, yang secara tradisional masih tabu dan topik memalukan di kalangan orangtua di China, sekarang dikeluarkan,” tulis Global Times.
Bagi Han Xuemei, perhatian baru tentang seks adalah sebuah berkah. Ia menyambut besarnya ketertarikan pada pendidikan seksual, tetapi juga khawatir hal itu akan menjadi searti dengan pencegahan.
Selama bertahun-tahun Xixi Garden mencoba menyeimbangkan pencegahan pelecehan seksual dengan perhatian penuh pada segala aspek kehidupan seksual, termasuk potensi untuk mengembangkan hubungan yang sehat.
“Banyak orangtua ingin kami menakuti anak, untuk menggambarkan betapa mengerikannya seks, betapa berbahayanya masyarakat,” cerita Han Xuemei.
Ia menambahakan, bila mereka menggunakan taktik menakuti, akan berefek pada kehidupan anak-anak nanti.
Suatu saat anak-anak akan menikah dan jatuh cinta. Bila mereka menanamkan ide bahwa seks itu mengerikan dan kotor, bagaimana mereka akan menghadapi perkawinan mereka di masa depan, pasangan mereka di masa depan?
(Baca juga: Kapan Pendidikan Seks Mulai Perlu Diberikan pada Anak?)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR