Intisari-Online.com - Pendidikan seksual seharusnya menjadi bagian pendidikan anak di sekolah maupun di rumah dan dimulai sejak dini. Konsepnya lebih berorientasi pada unsur anatomi, fungsi, tata nilai, dan sikap kepribadian sehubungan dengan kepemilikan organ reproduksi masing-masing. Juga, untuk mempersiapkan remaja agar mampu membawakan peran gender organ reproduksinya secara matang dan dewasa.
(Kapan Pendidikan Seks Mulai Perlu Diberikan pada Anak?)
Jadi, pendidikan seksual sebetulnya lebih pada pendidikan pembentukan kepribadian sehubungan dengan kepemilikan organ reproduksi. Untuk itu, pendidikan seksual ditunjang oleh unsur-unsur pendidikan etika, psikologi, sosiologi, agama, dan tata krama yang membekali setiap orang untuk berperan membawakan diri sesuai dengan jenis organ reproduksinya.
Untuk menyampaikan pendidikan seksual yang baik memang bukan pekerjaan mudah. Salah satu kendalanya, masih banyak anggapan keliru soal pendidikan seksual yang beredar di masyarakat. Berikut ini beberapa anggapan keliru tadi dan uraian yang benar.
(Pentingkah Pendidikan Seks untuk Remaja?)
Anggapan ini tidak benar. Kekeliruan muncul karena masih banyak pihak beranggapan, pendidikan seksual identik dengan praktik seks. Pendidikan seksual adalah urusan suami-istri, urusan orang dewasa. Pendidikan seksual bukan seperti itu. Pendidikan seksual tidak mengajarkan atau mempraktikkan teknik atau seni berkegiatan seks.
Pendidikan seksual sama sekali tidak berisi hal-ihwal praktik dan teknik seks, sehingga tidak menggugah anak maupun remaja melakukan kegiatan yang sebetulnya memang belum waktunya mereka lakukan. Pendidikan seksual justru untuk membekali anak dan remaja agar tidak melakukan sesuatu yang "sudah bisa tapi tidak boleh" itulah maka pendidikan seksual dibutuhkan.
Jika tujuannya mendidik, maka pendidikan seksual seyogianya diberikan sejak kecil. Bahkan, sejak dalam kandungan. Orangtua mesti menanamkan pengertian bahwa perbedaan gender itu alami. Perbedaan itu sesuatu yang sehat dan organ reproduksi bukan sesuatu yang jorok dan dosa.
Pada hakikatnya, pendidikan seksual memberikan pendidikan tengan bagaimana membawakan peran sebagai laki-laki atau perempuan secara dewasa dan matang. Bekal ini yang diperlukan dan hanya mungkin lengkap ditanamkan jika sudah dilakukan sejak kecil.
Sebelum anak sekolah, tugas orangtualah untuk mulai menanamkan bekal, antara lain tentang mengapa ada perbedaan gender, dari mana adik datang, anatomi dan struktur keluarga sehat, seks bukan sesuatu yang tabu atau dosa, dan seterusnya.
Pendidikan seksual secara formal menjadi bagian dari pendidikan di sekolah. Materi dan cara pemberiannya dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan daya serap anak. Untuk anak kelas 1 dan anak kelas 5 tentu berbeda cara penyajian dan sifat uraian mengenai materi alat KB, misalnya, atau tentang asal adik dan hal ihwal seputar itu.
Jika pendidikan seksual diberikan secara benar, tidak ada yang menyimpang dari nilai-nilai ketimuran. Justru setiap orang Timur harus memiliki nilai-nilai yang ditanamkan orangtua atau guru. Tanpa pembekalan ini remaja justru tak memiliki kendali bagaimana menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap keluhuran nilai seksualitas yang dimilikinya. Misalnya, penanaman nilai bahwa kegadisan itu hanya untuk suami.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR