10 Pandangan Keliru soal Pendidikan Seks (2)

K. Tatik Wardayati

Editor

10 Pandangan Keliru soal Pendidikan Seks (2)
10 Pandangan Keliru soal Pendidikan Seks (2)

Intisari-Online.com – Selama ini banyak anak tumbuh tanpa bekal pendidikan seksual. Orang tua masih banyak yang membiarkan anak mengetahui seks dengan caranya sendiri. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya anggapan keliru tentang pendidikan seksual. Selama ini banyak anak tumbuh tanpa bekal pendidikan seksual. Orangtua masih banyak yang membiarkan anak mengetahui seks dengan caranya sendiri. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya anggapan keliru tentang pendidikan seksual. Inilah 10 pandangan keliru soal pendidikan seks.

Pendidikan seksual seharusnya menjadi bagian pendidikan anak di sekolah maupun di rumah dan dimulai sejak dini. Konsepnya lebih berorientasi pada unsur anatomi, fungsi, tata nilai, dan sikap kepribadian sehubungan dengan kepemilikan organ reproduksi masing-masing. Juga, untuk mempersiapkan remaja agar mampu membawakan peran gender organ reproduksinya secara matang dan dewasa.

Untuk menyampaikan pendidikan seksual yang baik memang bukan pekerjaan mudah. Salah satu kendalanya, masih banyak anggapan keliru soal pendidikan seksual yang beredar di masyarakat. Berikut ini beberapa anggapan keliru tadi dan uraian yang benar.

* Pendidikan seksual tidak pantas diberikan secara luas dan terbukaSelama pendidikan berorientasi pada penanaman nilai-nilai, pantas dan sah saja diberikan kepada semua orang. Lain halnya jika pendidikan seksual diartikan sebagai konseling seks perkawinan yang tentu bukan untuk semua umur. Sikap menabukan atau melihat seks sebagai sesuatu yang kotor dan dosa, justru tidak menyehatkan perkembangan psikoseksual anak. Kelak anak akan memiliki kepribadian yang menyimpang justru oleh anggapan salahnya tentang seks.

* Pendidikan seksual tidak mengurangi kenakalan dan kejahatan seksualTujuan pendidikan seksual memang bukan untuk menekan kejahatan dan kenakalan seksual. Kenakalan dan kejahatan seksual merupakan bagian yang berbeda dari upaya menyehatkan kematangan seksual pria-wanita. Ada unsur lain di luar jangkauan pendidikan seksual yang menjadikan seseorang cenderung melakukan kenakalan dan kejahatan seksual. Mungkin saja bisa sebagai akibat tidak diterimanya pendidikan seksual semasa kecil, sehingga muncul salah satu bentuk penyimpangan seksual yang dapat menjadi awal dari bentuk kenakalan dan kejahatan seksualnya.* Selama ini, tanpa pendidikan seksual toh tidak apa-apaWHO sudah menyimpulkan pentingnya pendidikan seksual bagi semua anak di dunia. Tanpa itu, angka-angka kawin dan hamil muda, aborsi ilegal, penyimpangan seksual dan penyakit kelamin remaja, sertabentuk penyimpangan seksual di dunia meningkat terus.* Pendidikan seksual hanya bisa diberikan oleh dokter atau konselor seksologiSemua orang tua dan guru bisa belajar dan diajarkan untuk memberikan pendidikan seksual. Ada banyak panduan yang bisa dirujuk untuk tujuan itu. Selama mengacu pada dasar pendidikan seksual, yakni pengetahuan anatomi-faal organ reproduksi, nilai-nilai agama dan etika, nilai kehidupan untuk berkembangnya kepribadian yang matang dan sehat, akibat buruk tidak akan terjadi.* Pendidikan seksual harus diberikan secara terpisah antara anak laki-laki dan perempuanSelama makna seks diterima sebagai sesuatu yang wajar dan alami, bukan sebagai sesuatu yang kotor dan dosa, semua anak pria dan wanita menjadi sehat menerimanya bersama-sama. Anak pria perlu sama-sama tahu tentang organ reproduksi wanita, dan sebaliknya.

Pendidikan seksual yang benar dan diberikan oleh pihak berkompeten untuk itu, disampaikan dengan sikap wajar dan tanpa rasa negatif, agaknya selalu akan menyehatkan.(dr. Handrawan Nadesul – Intisari November 1997)