Advertorial

Di Negeri yang Tabu Membicarakan Urusan Seksual, Murid-murid SD-nya Kini Justru Mendapat Pendidikan Seks Mumpuni, Ini Alasannya

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com – Ada pelajaran tambahan yang berbeda bagi 50 murid di sebuah sekolah di pinggiran kota Beijing, China.

Bukan pelajaran matematika, bahasa Inggris atau sains, melainkan pelajaran tentang bagaimana mencegah pelecehan seksual.

“Jika temanmu di dunia maya minta untuk bertemu denganmu sendirian, apa yang akan kamu katakana?” tanya Li Xueyan (30 tahun).

“Tidak!” jawab para murid serentak.

Li Xueyan adalah seorang pekerja di industri farmasi yang berusia 30-an tahun.

(Baca juga:Ingat, Keluarga adalah Sekolah Pertama Anak, Termasuk ‘Materi’ tentang Pendidikan Seksual!)

(Baca juga:Inilah Waktu yang Tepat untuk Memberikan Pendidikan Seks kepada Anak-anak)

Ia adalah guru paruh waktu yang menjadi sukarelawan untuk Xixi Garden.

Xixi Garden adalah sebuah organisasi mandiri di Beijing yang mengajarkan pendidikan seksual di sekolah-sekolah miskin di China, yang didirikan oleh Han Xuemei.

China dikejutkan dengan skandal pelecehan seksual di taman kanak-kanak, salah satunya adalah Taman Kanak-kanak Merah Kuning Biru di Beijing.

Pelecehan yang juga menggunakan pil tidur dan alasan pemeriksaan kesehatan itu memicu kemarahan seluruh masyarakat di negeri itu.

Itu sebabnya banyak orang penasaran bagaimana agar pelecehan itu bisa dicegah.

Setelah suatu penyelidikan resmi digelar yang menyimpulkan tidak ada pelecehan seksual yang terjadi, para orangtua memutuskan untuk bertidak sendiri.

Pendidikan seksual menjadi suatu gelombang ketertarikan yang baru.

Buku-buku panduan tentang kesehatan seksual banyak mengisi rak-rak buku.

(Baca juga:Kecil-kecil Sudah Bertanya tentang Pendidikan Seks? Inilah Tips Menjawab Pertanyaan Seputar Seks Sesuai Umur Anak)

Orangtua bahkan membanjiri kursus online untuk belajar bagaimana berbicara dengan anak-anak tentang seks.

Dalam masyarakat yang kurang percaya dengan institusi umum, para orangtua sepertinya membuat sebuah perhitungan sederhana: ‘Jika kamu tidak dapat menyingkirkan pelecehan seksual, lebih baik hindari hal itu’.

Pendiri Xixi Garden, Han Xuemi, memperluas operasi organisasinya di lusinan sekolah di kawasan Beijing.

Organisasi itu memberikan pendidikan seksual kepada lebih dari 9.000 murid SD, kebanyakan di daerah-daerah miskin.

Menurut Han Xuemei, setelah skandal pelecehan di TK terjadi, banyak sekolah yang mulai menghubungi dirinya untuk dibuatkan program pendidikan yang berbeda itu.

Setelah kasus TK Merah Kuning Biru, orang-orang mulai memberi perhatian kepada kami. Beberapa TK meminta kami untuk membantuk melatih guru-guru mereka,” jelas Han Xuemei, kepada situs LA Times.

Buku panduan pendidikan seks di China
Urusan seksual dan reproduksi yang telah menjadi budaya tabu sejak lama, China tidak memiliki kurikulum pendidikan seksual nasional.

Sebagai akibatnya, berbagai pendidikan seksual menyebar dari sekolah ke sekolah, dengan banyak murid yang tidak mendapatkan sama sekali pendidikan tersebut.

Di banyak daerah, khususnya di daerah miskin atau di luar kota besar, program seperti Xixi Garden yang menyediakan satu-satunya pendidikan seksual untuk pelajar yang pernah ada.

“Kembangkanlah, aku tidak punya sedikit idepun apa itu seks sebenarnya. Aku belajar tentang itu dari film-film,” kata Liu Yang (33 tahun), seorang guru swasta di Beijing.

Pemerintah China telah membuat langkah tentatif untuk meningkatkan pendidikan seksual.

Pada 2008, Menteri Pendidikan China menerbitkan satu set panduan tentang ‘Pendidikan Kesehatan Seksual’.

Dalam pendidikan itu murid kelas 1 dan 2 SMP harus mempelajari tentang kehamilan dan ‘darimana bayi berasal’.

Pada 2011, Dewan Nasional, Kabinet China, meluncurkan ‘Garis Besar Perkembangan Anak-anak China 2011-2020’, yang menginstruksikan sekolah-sekolah untuk memasukkan pelejaran tentang seks dan reproduksi dalam kurikulum wajib.

(Baca juga:Hal Tabu untuk Dibicarakan dengan Pasangan yang Belum Punya Anak)

Sementara para pakar mengatakan banyak sekolah yang serius mengintegrasikan seksual dalam kurikulum.

“Ada beberapa pelaksana NGO, beberapa guru yang tertarik dalam masalah ini. Namun mereka benar-benar memiliki keterbatasan dalam jangkauan dan skalanya,” kata Lily Liu, dari Marie Stopes International China, yang menyendiakan pendidikan dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi.

Ternyata banyak orangtua yang menentang. Pada Maret tahun lalu, panduan pendidikan seksual yang baru, ‘Treasure Your Life, menimbulkan kontroversi dari orangtua untuk membicarakan organ seksual pria dan wanita.

Gambar kartun sepasang orang dewasa berhubungan seksual menyebar luas di dunia maya.

Di negara yang melihat hal itu sebagai penghargaan kesederhanaan, banyak yang melihat buku itu kasar dan memalukan.

Sementara yang lainnya mungkin cemas buku itu akan menyesatkan anak-anak.

“Banyak orangtua yang tidak percaya kepada anak mereka sendiri. Mereka pikir bahwa bila kita mengajarkan anak-anak tentang sek, mereka akan mencobanya. Mereka cemas hal itu akan mempercepat perkembangan seksual mereka,” kata Han Xuemei.

Menjawab kontroversi itu, penerbit buku menegaskan bahwa itu berperan dalam mencegah pelecehan.

Dalam pernyataan yang diberi judul “Mengapa kami lakukan ini?”, mereka menyebutkan statistic pelecehan seksual anak berdasarkan usia korban.

Penulis bukunya menuliskan bahwa memahami organ seksual adalah salah satu cara mencegah pelecehan.

“Kami berharap buku panduan ini akan dibaca anak-anak untuk menghargai diri mereka sendiri dan yang lainnya, mengenali bahaya, dan menggunakan ukuran yang sepantasnya untuk melindungi diri mereka sendiri.”

(Baca juga:Pentingkah Pendidikan Seks untuk Remaja?)

Dilansir dari situs MailOnline, Minggu (7/1), para orangtua pun merespon terbitnya kasus ini.

Bulan lalu, buku berjudul ‘Pelajaran untuk Melindungi Diri Sendiri’ dengan subjudul ‘Mengajarkan Anak Bagaimana untuk Menghindari Pelecehan Seksual’, termasuk dalam 10 buku terlaris di situs Dangdang.com, sebuah toko buku anak, dalam waktu 3 minggu.

“Setelah kasus Merah Kuning Biru, aku buru-buru membelikan anakku sebuah buku tentang pendidikan seksual,” cerita Weng Limin (45 tahun), seorang ibu di Shanghai.

Menurutnya, “Anda cemas anak anak terlalu muda untuk pendidikan seks, tetapi sebuah kejahatan tidak punya penyesalan yang sama.”

Media pemerintah di China tampaknya ada dibalik gerakan ini.

Pada akhir November lalu, China Daily mempublikasikan artikel berjudul: “Pendidikan Seksual Diperlukan di Semua Sekolah, Menurut Pakar”.

Beberapa hari kemudian, media milik pemerintah Global Times menerbitkan cerita berjudul: “Pendidikan Seksual Makin Dikenal di Kalangan Orangtua di China”.

“Mengajarkan anak-anak tentang sek, yang secara tradisional masih tabu dan topik memalukan di kalangan orangtua di China, sekarang dikeluarkan,” tulis Global Times.

Bagi Han Xuemei, perhatian baru tentang seks adalah sebuah berkah. Ia menyambut besarnya ketertarikan pada pendidikan seksual, tetapi juga khawatir hal itu akan menjadi searti dengan pencegahan.

Selama bertahun-tahun Xixi Garden mencoba menyeimbangkan pencegahan pelecehan seksual dengan perhatian penuh pada segala aspek kehidupan seksual, termasuk potensi untuk mengembangkan hubungan yang sehat.

“Banyak orangtua ingin kami menakuti anak, untuk menggambarkan betapa mengerikannya seks, betapa berbahayanya masyarakat,” cerita Han Xuemei.

Ia menambahakan, bila mereka menggunakan taktik menakuti, akan berefek pada kehidupan anak-anak nanti.

Suatu saat anak-anak akan menikah dan jatuh cinta. Bila mereka menanamkan ide bahwa seks itu mengerikan dan kotor, bagaimana mereka akan menghadapi perkawinan mereka di masa depan, pasangan mereka di masa depan?

(Baca juga:Kapan Pendidikan Seks Mulai Perlu Diberikan pada Anak?)

Artikel Terkait