Dari Indramayu sampai Jakarta kembali mempergunakan kuda, karena di daerah kekuasaan V.O.C. sendiri jalan-jalan tidak begitu baik perawatannya.
Jalan Jakarta-Bogor rumputnya sangat tinggi dan lebar. Sampai kadang-kadang sukar sekali ditempuh apalagi dengan kereta.
Kalau kita saat ini kadang-kadang sangat malu melihat keadaan kondisi jalan-jalan rayanya sendiri, dahulu keadaan adalah terbalik.
Pada waktu jalan raya Daendels telah selesai jalan ini merupakan yang terbaik di seluruh Asia.
Malahan mengalahkan sementara jalan raya di Eropa sendiri.
Walaupun untuk mencapai keadaan itu pengorbanan rakyat sangat besar sekali.
Pada tahun 1809, antara Jakarta dengan Surabaya sudah ada perhubungan tetap dengan mempergunakan kereta.
Nama kereta kuda tersebut “Postwagen”. Di samping membawa penumpang kereta tadi juga melakukan pengiriman surat-surat pos.
Di samping Bogor masih ada 11 tempat lagi yang mempunyai hotel-hotel kecil yang disebut Herberg. Hotel-hotel tersebut mempunyai 5 sampai 8 buah kamar.
Para tamu membayar 2,55 gulden termasuk makan satu kali.
Hotel didirikan untuk menampung para tamu yang melakukan perjalanan dengan kereta kuda itu.
Dengan demikian hotel-hotel tadi juga merupakan stasiun-stasiun pemberangkatan.
Persis sama dengan Bis Malam sekarang ini yang berangkatnya juga dari hotel-hotel tertentu. Sewa kereta kuda tadi buat seorang, 5 ketip untuk satu paalnya (± 1,5 km).
Jadi tinggal menghitung saja berapa paa yang dilalui. Setiap 6 paal, kudanya diganti dengan kuda segar yang telah disediakan.
Bagi mereka yang tidak suka naik kereta ini, disediakan kereta lain dengan sewa yang lebih murah.
Tetapi terang perjalanan akan memakan waktu lama sekali, karena kereta ini hanya ditarik oleh lembu.
(Ditulis oleh Anastasia Sri Gati. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1968)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR