Find Us On Social Media :

Antara Warisan Kuil Yunani, Rumah Bunda Maria, dan Masjid Seljuk, yang Dijaga Pemerintah dan Penduduknya

By K. Tatik Wardayati, Senin, 12 November 2018 | 10:30 WIB

Intisari-Online.com – Di negeri berpenduduk mayoritas muslim, kuil Yunani dan rumah Bunda Maria menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Simak tulisan Wahyuni Kamah, Antara Kuil Yunani, Rumah Bunda Maria, dan Masjid Seljuk, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2013.

Jam menunjukkan pukul 10.00, dinaungi langit biru yang cerah, bersama rombongan wisatawan saya berdiri di pelataran kota tua Selcuk, kota strategis di Provinsi Izmir, bagian barat Turki. Pelatarannya bersih dan terawat.

Sisa reruntuhan peninggalan Romawi, seperti menara aquaduct - semacam saluran air – masih terlihat. Pada musim panas, puncak aquaduct menjadi sarang burung yang mencari hawa panas.

Baca Juga : Turki Minta 18 Tersangka Pembunuhan Jamal Khashoggi Diekstradisi, Arab Saudi Keras Menolak, Apa Alasannya?

Suasana khas Turki juga dapat dirasakan di sini. Di sudut pelataran, rumah kopi sudah buka menyambut pengunjung. Beberapa laki-laki mulai berdatangan, mengambil tempat duduk, mengobrol bersama rekan-rekan mereka sambil menyeruput teh Turki.

“Di Turki, melihat kaum laki-laki berkumpul dan minum teh bersama di tempat minum adalah pemandangan biasa,” ujar Mehmet, warga Selcuk, pemandu kami. “Di sana, mereka bertukar informasi tentang pekerjaan dan kabar-kabar di antara mereka, jadi bukan sekadar ngumpul.”

Umumnya, kita tidak akan menjumpai perempuan di rumah-rumah kopi.

Selcuk hanya berpenduduk sekitar 37.000 jiwa. Kota yang pernah booming dengan hasil tembakau ini menjadi tempat persinggahan wisatawan karena letaknya relatif dekat dengan tempat-tempat bersejarah dan wisata.

Baca Juga : Alami Krisis Ekonomi, Turki Justru Mantap Tak Akan Berutang pada IMF, Apa Alasannya?

Pemandangan di kota yang kebersihannya terawat ini juga indah. Menjelang musim semi, warna sebagian perbukitan yang mengelilingi Seljuk beralih menjadi merah jambu, karena bunga-bunga di perkebunan buah ara (fig) mulai bermekaran.

Pemandangan hijau dari pepohonan zaitun juga terlihat di sekitar kota.

Kuil Artemis tinggal reruntuhan

Mini bus yang kami tumpangi bergegas masuk lapangan tanah, kemudian perlahan mengambil posisi untuk parkir. Di luar, seorang anak muda Turki tampak sudah mulai berteriak-teriak dengan bersemangat menawarkan dagangannya berupa buku panduan tentang Efesus dalam berbagai bahasa.

Baca Juga : Turki Sepakat Membeli Sistem Rudal S-400 dari Rusia, NATO pun Tak Bisa Berbuat Apa-apa

Where is the Artemis Temple?” tanya Luisa, wisatawan asal Bolivia yang duduk di samping saya. Ia sedikit heran karena di tanah lapang terbuka yang membentang di hadapan kami tidak terlihat sesuatu yang mencolok.

Sebagian besar peserta tur hari itu lebih memilih tinggal di bus, sementara saya, Luisa, dan dua wisatawan asal Jerman menyempatkan untuk turun keluar. “Inilah sisa Artemis Temple, kuil utuhnya sudah lama menjadi puing,” pemandu kami menerangkan.

Di lapangan terbuka luas yang bekas penggalian itu memang hanya ada beberapa onggok reruntuhan batu yang tersebar di sana-sini dan sebuah pilar. Sementara saya mengambil foto di lokasi bekas Kuil Artemis, Luisa sibuk meladeni penjual buku panduan untuk wisatawan.

Puing reruntuhan kuil Artemis ini berada di wilayah Efesus, sekitar 1,2 km dari Selcuk. Mereka yang berharap menyaksikan sebuah reruntuhan kuil lengkap mungkin akan sedikit kecewa dengan pemandangan yang ada.

Baca Juga : Susahnya Jadi Pria Turki, Harus Terlihat Macho dan Tak Boleh Tunjukkan Kasih Sayang Hingga Tangisan

Kuil Artemis adalah kuil pemujaan untuk dewi Yunani yang bernama Artemis. Dibangun di atas podium seluas 105 m x 50 m, pembangunan kuil ini diperkirakan selesai 570 SM. Tiang-tiangnya yang berjumlah 127 buah setinggi 20 m, berbahan marmer dan berhias relief.

Konon, kuil Artemis mengalami kehancuran selama tujuh kali karena bencana alam dan ulah manusia (kebakaran) dan sempat dibangun ulang tujuh kali pula, sebelum akhirnya hancur total tahun 401 dan hanya menyisakan landasan.

Baru pada 1869 diadakan proyek ekspedisi pertama kali untuk penggalian kuil yang menjadi satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Lama.

Diyakini rumah Bunda Maria

Baca Juga : Bekerja Sama dengan Rusia-China Produksi Pesawat Siluman, Turki Makin Bikin Sewot AS

Kurang lebih tujuh kilometer dari Selcuk, di puncak sebuah gunung yang bernama Bulbul Dagi, terdapat sebuah rumah yang dipercayai sebagai kediaman Bunda Maria, ibunda Yesus Kristus.  House of Virgin Mary atau Meryem Ana Evi, kini menjadi salah satu situs keagamaan di Turki.

Jalan menuju Bulbul Dagi mulus tapi mendaki. Di kanan-kirinya rimbun dengan pepohonan pinus dan zaitun. Di kawasan wisata tersebut, pelataran parkir cukup terisi penuh dengan mobil-mobil.

Pengunjung situs adalah wisatawan mancanegara, termasuk asal Indonesia. Bukan saja umat  risten, tapi juga umat Muslim yang menghormati Maryam sebagai ibunda Nabi Isa Almasih.

Yang menjadi situs di kawasan ini adalah sebuah rumah batu kecil yang terletak di ketinggian dan diteduhi pepohonan. Dipercayai bahwa Bunda Maria mendatangi daerah ini bersama Santo Yohannes untuk menyebarkan agama Kristen dan Bunda Maria menghabiskan sisa hidupnya di rumah tersebut.

Baca Juga : Turki Tetap Bersikukuh Beli Sistem Rudal S-400 dari Rusia, AS pun Semakin Kuat Menentang

Rumah berbentuk persegi empat ini adalah contoh arsitektur Romawi yang seluruhnya terbuat dari bebatuan. Bentuknya sederhana, terdiri atas ruang depan, kamar tidur, kamar untuk beribadah, dan ruang dengan perapian.

Namun pengunjung hanya dapat menyaksikan bagian tengah dan ruangan dekat altar.

Di ruang depan tergeletak banyak lilin yang menyala. Selama di dalam, pengunjung tidak boleh berisik dan memotret. Suasana terasa khidmat, beberapa pengunjung menyempatkan berdoa di dekat altar.

Rumah yang ditemukan pada abad ke-19 ini sudah mengalami pemugaran. Beberapa pemimpin tertinggi umat Katolik sudah mengunjungi rumah tersebut, termasuk Paus Yohanes Paulus II yang berziarah pada 1979 dan Paus Benediktus XVI pada 2006.

Baca Juga : Hubungan Semakin Baik, Presiden Turki Undang Vladimir Putin Makan ‘Seafood’ Bersama

Begitu keluar dari rumah Bunda Maria pengunjung menuruni anak tangga. Di penghujung anak tangga tersebut terdapat keran air yang bersumber dari mata air yang disebut Air Maria. Konon, air tersebut berkhasiat menyembuhkan. Saya pun membasuh muka dengan kucuran air tersebut dan meneguknya.

Masjid Isabey tertua

Di hampir setiap tempat wisata di manapun di Turki, selalu ada kios penjual cenderamata, begitu juga di sekitar Masjid Isabey. Di luar pekarangan masjid, terdapat kios-kios penjual pernak-pernik cenderamata yang menarik.

Sebenarnya saya hendak mampir untuk melihat-lihat, tapi bangunan yang kokoh di hadapan saya tampak jauh lebih menarik untuk disambangi.

Baca Juga : Arab Saudi Tak akan Menyerahkan Pembunuh Jamal Khashoggi kepada Turki

Wisatawan mancanegara berbondong-bondong datang ke masjid yang dibangun tahun 1375 ini karena merupakan contoh dari arsitektur Turki Seljuk dan juga contoh tertua dari masjid Turki yang memiliki pekarangan dalam.

Luas masjid berikut pekarangannya adalah 51 m x 57 m. Gerbang masuk menuju pekarangan  dalam masjid berarsitektur khas Seljuk. Tepat di samping gerbang tersebut tegak berdiri menara tinggi untuk mengumandangkan azan.

Begitu melangkah masuk, saya disuguhi pemandangan yang mengingatkan saya pada abad pertengahan. Pekarangannya beralas rumput hijau dengan tiang-tiang yang dipancangkan di beberapa sudut.

Konon, tiang-tiang tersebut berasal dari reruntuhan Kuil Artemis. Pekarangan di kelilingi tembok batu-bata gamping yang berukuran besar. Di beberapa sisi terdapat jendela-jendela raksasa yang berjeruji. Karena Masjid Isabey terletak di atas bukit Ayasoluk, saya dapat mengintip pemandangan di bawah sana lewat jendelanya.

Baca Juga : Makin Menegangkan, Tahun Depan Rusia Kirim Sistem Rudal S-400 ke Turki

Arsitektur masjid Seljuk memang berbeda dari arsitektur masjidmasjid di Turki yang saya lihat selama ini. Bentuknya lebar menyamping, ruangan di dalam terbagi dalam dua baris lebar (shaf) yang hanya dibatasi dengan tiang-tiang besar.

Bagian atas tiang-tiang itu terhubung satu sama lain dengan bentuk tapak kuda. Ruangan di  dalam tampak sederhana dan lapang.  Bagian yang menghadap kiblat yang disebut mihrab dihiasi dengan tulisan kaligrafi yang geometris.

Tetapi, kami tidak bisa berlama-lama di dalam, karena harus bergantian  dengan rombongan wisatawan lain. Di pekarangan dalam masjid, rombongan wisatawan asyik mengeklik kamera mereka di sana-sini, saya malah duduk di sudut sambil menikmati keindahan masjid yang dibangun atas arahan Isabey, seorang emir dari Aydin.

Baca Juga : Pernah Ditaklukkan PasukanTurki, Pasukan Gurkha yang Tekenal Ganas Itu Tetap Berusaha Tangguh dan Ceria

Ketika sedang enak-enaknya mengamati, tiba-tiba pemandu memanggil para peserta tur untuk kembali ke mobil karena hari sudah tinggi.

Hari berlalu sangat cepat. Mengunjungi tempat-tempat dengan latar belakang sejarah yang berbeda di Turki memberikan kesan bahwa negara sekuler ini kaya akan warisan kebudayaan dunia.

Yang lebih penting lagi, pemerintah dan penduduknya menjaga warisan tersebut dengan baik sehingga dapat dinikmati wisatawan.

Baca Juga : Agar Siap Lawan Pasukan Khusus AS, Pasukan Elit Turki Digembleng Mati-matian dan Brutal