Advertorial
Intisari-online.com - Hubungan Turki dan Amerika Serikat kian panas saja dari hari ke hari.
Saat ini Turki lumayan keteter kondisi perekonomiannya gara-gara perang dagang melawan Amerika.
Bukannya menyerah,merekamalah makin beringas melawan kebijakan Presiden Amerika, Donald Trump.
Salah satu yang masalah yang membuat Amerika meradang terhadap Turki adalah niatan negeri yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Baca juga:Kumpulan Foto Menakjubkan Saat 2,5 Juta Orang Berkumpul di Mekkah untuk Ibadah Haji
Gedung Putih bahkan mengancam akan membekukan transaksi jual beli pesawat siluman F-35 andai Turki nekat membeli S-400.
Anjing menggonggomg kafilah berlalu. Niatan Turki membeli S-400 jalan terus.
Kabar terbaru yang dilansir dari media Turki Hurriyet (21/8) menyebutkan, tahun depan atau pada 2019 sistem pertahanan rudal S-400 akan dikirim ke Turki.
CEO Rosoboronexport, Alexander Mikheev menyatakan, ketika meneken kontrak penjualan dengan Turki, terdapat tenggat waktu yang harus segera ditepati.
Baca juga:Inilah 3 Sosok yang Mungkin Bisa Menyelamatkan Turki dari Donald Trump
"Pada 2019, kami bakal melaksanakan kontrak tersebut," kata Mikheev.
Turki telah menyepakati pembelian sistem rudal tersebut dengan membayar uang muka 2,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 36,5 triliun.
Pejabat anonim Turki menuturkan, sistem pertahanan berkode NATO Sa-21 Growler itu sudah siap digunakan pada Juli 2019.
Rosoboronexport melanjutkan, dalam pembayarannya, Turki mengusahakan agar Rusia bersedia menggunakan mata uang mereka, lira.
Baca juga:Ngerinya Krisis di Venezuela, Harga Daging 9,5 Juta, Popok 8 Juta
Langkah tersebut dilakukan menyusul merosotnya lira hingga 40 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2018 ini.
S-400 adalah sistem rudal yang bisa merontokkan pesawat tempur lawan dari jarak 400 kilometer dan rudal balistik dari jarak 60 kilometer.
Sistem tersebut terdiri dari radar multifungsi, sistem pendeteksi mandiri, rudal anti-serangan udara, tabung peluncur, dan kendaraan komando.
S-400 mampu menembakkan empat jenis rudal, tergantung target yang dihadapi, untuk memberikan pertahanan berlapis.
Pada April lalu, pejabat militer anonim berujar, pasukan Rusia mendapat rudal jenis baru yang bisa menghancurkan sasaran di orbit rendah.
Baca juga:Takut Diselingkuhi? Ini Cara Mudah Menyadap Whatsapp Pasangan
Sebuah unit S-400 dapat mendeteksi target dari jarak 600 kilometer, dan mampu menghancurkan 36 sasaran secara simultan.
Sistem pertahanan ini diklaim dua kali lebih efektif dari pendahulunya, S-300, dan bisa disiagakan hanya dalam waktu 5 menit.
Dikembangkan sejak akhir 1980-an, S-400 mengalami penyempurnaan proyek pada Februari 2004.
Kemudian pada 2007, sistem itu diaktifkan secara resmi.
Baca juga:Inilah Iron Dome si Kubah 'Siluman' yang Melindungi Israel, Benarkah Tak Bisa Ditembus?
Setiap rudal yang ditembakkan dari sistem itu bisa melaju hingga 14 kali kecepatan suara, dan diklaim lebih hebat dari sistem pertahanan milik AS, Patriot.
Pembelian yang dilakukan Turki membuat AS maupun Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meradang.
Senat AS bahkan mengancam tidak akan menjual jet tempur generasi kelima, F-35, kepada Turki jika masih ngotot membeli S-400.