Intisari-Online.com - Meski terus ditentang Amerika Serikat, Turki bersikukuh untuk membeli sistem rudal S-400 dari Rusia.
Dalam pernyataan terbarunya, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengatakan, sebagai anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tak seharusnya Turki membeli sistem rudal dari Rusia.
“Jelas pembelian itu telah melanggar kebijakan kami bahwa anggota NATO seperti Turki bakal membeli sistem pertahanan tersebut," kata Nauert.
"Jadi jelas kami menentang rencana yang dilakukan Turki maupun negara sekutu kami di seluruh dunia untuk membeli persenjataan Rusia," lanjutnya.
Baca juga: Berniat Beli Sistem Rudal S-400 dari Rusia, Turki Bakal Langgar UU 'Penangkal Musuh AS'
Dia mendapat pertanyaan apakah Turki telah melanggar Undang-undang Menangkal Musuh AS Melalui Sanksi (CAATSA).
Nauert menegaskan dia tak ingin berspekulasi.
"Namun, kami sudah menitikberatkan apa yang bisa menyebabkan kami menjatuhkan sanksi kepada dunia," tutur dia.
Komentar Nauert terjadi setelah Rosoboronexport, produsen S-400, mengatakan bakal memulai pengiriman ke Turki di 2019.
CEO Rosoboronexport, Alexander Mikheev, menyebut ada tenggat waktu yang harus dipatuhi ketika meneken kontrak penjualan dengan Turki.
Turki telah menyepakati pembelian sistem rudal tersebut dengan membayar uang muka 2,5 miliar dolar AS, atau sekitar Rp36,5 triliun.
Pejabat anonim Turki menuturkan, sistem pertahanan berkode NATO Sa-21 Growler itu sudah siap digunakan di Juli 2019.
S-400 adalah sistem rudal yang bisa merontokkan pesawat tempur lawan dari jarak 400 kilometer dan rudal balistik dari jarak 60 kilometer.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR