Advertorial
Intisari-Online.com - Pada bulan Januari 2018, sejumlah pasukan khusus Turki memasuki wilayah Suriah untuk bertempur melawan gerilyawan Kurdi dukungan AS.
Sadar bahwa yang dihadapi adalah pasukan khusus Turki yang tidak mengenal kompromi, gerilyawan Kurdi dan sejumlah pasukan AS pun akhirnya memilih kabur.
Sebagai pasukan yang dilatih secara keras dan brutal, pasukan khusus Turki yang memiliki motto ‘Kematian Datang Bersama Kita’ (Death Comes With Us) memang sudah sangat terlatih untuk bertempur sampai mati.
Dengan motto seperti itu, setiap anggota pasukan khusus Turki atau calon anggotanya, ketika berniat mendaftar bahkan sudah memiliki kesadaran siap mati demi Turki.
Baca juga:Mustahil Angkatan Udara Turki Bisa Sebesar Sekarang Jika Bukan karena Jasa-jasa Orang Ini
Doktrin atau motto yang diterapkan oleh pasukan khusus Turki memang demikian keras dan tidak mengenal kompromi karena merupakan doktrin ‘kuno’ yang sudah menyejarah.
Pasalnya di jaman kekhilafahan Ottoman, pasukan khusus yang dimiliki saat itu berjumlah puluhan ribu orang dan dikenal sebagai pasukan militan yang berani mati.
Dilansir dari quora.com dan warhistoryonline.com, pada PD I, pasukan khusus Turki juga sudah menunjukkan kehebatannya pada pertempuran di Gallipoli (1915).
Dalam pertempuran sengit dan brutal itu, pasukan khusus Turki berhasil mengalahkan pasukan gabungan Inggris yang didukung pasukan elit Gurkha.
Dengan latar belakang sejarah seperti itu, maka anggota pasukan khusus Turki benar-benar merupakan personel pasukan tempur pilihan.
Demi mendapatkan pasukan yang tangguh, pasukan khusus Turki melaksanakan seleksi yang ketat saat perekrutan dari para sukarelawan.
Mereka tidak hanya harus lolos dalam ujian tertulis dan ujian fisik.
Pasalnya para calon anggota pasukan khusus Turki juga harus sudah menguasai minimal satu bahasa asing selain bahasa Turki.
Calon anggota pasukan khusus yang lolos ujian seleksi kemudian akan menjalani latihan kemiliteran selama 260 minggu.
Latihan yang harus dijalani sebenarnya tidak jauh berbeda dibandingkan latihan-latihan militer yang dijalani oleh pasukan khusus negara-negara lainnya.
Misalnya latihan tempur di hutan, pertempuran jarak dekat, terjun payung, antiteror, perang kimia, bela diri, dan lainnya.
Salah satu latihan berat dan cenderung brutal adalah berjalan kaki (long march) melalui medan sulit sambil membawa ransel seberat 40 kg sejauh 100 km.
Selama latihan long march itu, para personel pasukan khusus Turki harus siap ‘digojlok’.
Karena sepanjang perjalanan mereka harus menghadapi simulasi latihan disergap musuh, ditawan musuh, dihajar ketika melakukan kesalahan, latihan duel satu lawan satu, dan lainnya.
Intinya semua pasukan khusus Turki harus mampu bertempur di medan ekstrem melebihi kemampuan tentara reguler baik secara ketrampilan fisik maupun stamina.
Apalagi dalam kondisi terkini pasukan khusus Turki harus siap berhadapan dengan pasukan AS di Suriah dan perbatasan Irak-Turki menghadapi gerilyawan Kurdi dukungan AS.
Baca juga:Makin Panas, Perancis Siap Bantu Turki Melawan Sanksi Amerika