Advertorial
Intisari-Online.com -Pasukan gabungan Inggris yang terdiri atas pasukan Prancis, Australia, dan Selandia Baru (Anzac) serta Inggris sendiri pernah menyerbu Turki melalui Semenanjung Gallipoli mulai awal Februari 1915.
Pada 25 April 1915 pendaratan pasukan Anzac dilakukan dengan perlindungan kapal-kapal perang.
Tapi, tanpa bombardemen pantai menggunakan meriam-meriam kapal perang dengan maksud agar unsur pendadakan dan kecepatannya dapat dipertahankan.
Namun pendaratan ini tidak mulus karena dilakukan pada tempat keliru, yaitu jauh ke utara dari yang seharusnya.
Baca juga:Kesulitan Perbaiki Jet Tempur Kiriman Isreal, Para Teknisi TNI AU Terpaksa Gunakan Kepala Kerbau
Sedangkan yang seharusnya dilakukan lebih ke utara, malah lebih ke selatan.
Ada pihak yang mengatakan hal itu sebagai akibat kuatnya arus laut.
Tapi pihak Turki mengklaim mereka menemukan suar apung yang telah dipasang pasukan aju Inggris sebagai pemandu titik-titik pendaratan.
Pasukan Turki lalu memindahkan suar apung itu ke tempat pendaratan yang bukan sebenarnya, melainkan ke tempat yang sudah dijaga ketat oleh pasukan Turki dari ketinggian.
Akibat pendaratan terjadi di tempat yang justru dipertahankan pasukan Turki itu, langsung timbul kekacauan di kalangan pasukan Anzac.
Sementara pendaratan pasukan Inggris di selatan ternyata didahului dengan tembakan meriam kapal perang ke pantai.
Namun karena adanya arus laut yang kuat, maka waktu antara dihentikannya tembakan dengan penurunan pasukanmenjadi terlalu lama.
Akibatnya pasukan Turki malah sempat melakukan konsolidasi dan memasang jebakan.
Pasukan pendarat sebelum mencapai pantai telah dihancurkan karena perahu-perahu pendarat mereka terjebak dalam rintangan kawat yang dipasang Turki di laut dekat pantai.
Jumlah korban di pihak pasukan Inggris dan Anzac sangat besar, demikian pula dalam pertempuran hari-hari selanjutnya.
Pertempuran berlangsung sengit dan kejam, sering dalam jarak dekat. Kedua pihak pun saling tidak mengambil tawanan hidup.
Prajurit yang menyerah langsung dibunuh karena tidak ada kesempatan untuk menawan dan menjaganya.
Rencana menguasai Semenanjung Gallipoli tampaknya semakin berat untuk tercapai.
Pasalnya perlawanan pasukan Turki semakin hari semakin meningkat.
Tanpa menguasai Semenanjung Gallipoli, maka selat Dardanella pun tidak mungkin dikuasai.
Seorang jenderal muda Turki bernama Mustafa Kemal Pasha, yang waktu itu berusia 34 tahun, yang memimpin Divisi ke-19, memainkan peranan penting dalam menggagalkan pasukan Anzac yang bermaksud masuk ke pedalaman.
Suatu saat di front depan, ia melihat sejumlah tentaranya lari terbirit-birit.
Ia menghentikan mereka dan menanyakan apa yang terjadi. Ternyata tentaranya kehabisan peluru dan pasukan musuh terus mendesak.
Mustafa Kemal pun memerintahkan mereka untuk memasang sangkur dan bertiarap menunggu lawan dalam posisi bertahan, seolah-olah siap menembak dan masih punya banyak peluru.
Pasukan musuh yang melihat pun lalu mengambil sikap serupa, sehingga mereka kehilangan inisiatif penyerangan.
Akibatnya Kemal bisa mendatangkan bantuan pasukan dan logistik tempur untuk memukul mundur pasukan Anzac.
Di kemudian hari ia akan dikenal sebagai “Mustafa Kemal Ataturk”, Bapak Turki Modern.
Saat itu, pasukan Perancis sebenarnya berhasil mendarat dekat Troya tanpa perlawanan berat.
Sebelumnya kapal-kapal perang mereka menghujani pantai sasaran dengan tembakan meriam.
Namun ketika mereka akan bergerak lebih jauh dari pantai, maka perlawanan sengit dari pasukan Turki terjadi dan pasukan Perancis pun mundur lagi dengan korban besar.
Dalam lima minggu pertama peperangan di Gallipoli, Inggris dan dominionnya menderita sekitar 40 ribu korban, sementara Prancis 20 orang orang.
Semua rumah sakit di kawasan Timur Tengah dipenuhi dengan prajurit yang sakit dan terluka dari front Gallipoli, sementara kawasan yang dapat dikuasai hanyalah dua kilometer dari pantai.
Selebihnya di kawasan pegunungan yang lebih strategis, pasukan Turki bercokol dengan kuat dan setiap saat mampu melancarkan serangan terhadap pasukan Inggris maupun Anzac.
Pasukan gabungan Inggris akhirnya kalah dan memilih menarik mundur pasukan dari Semenanjung Gallipoli pada bulan Januari 1916. (AW)
Baca juga:Cara Mudah dan Manjur Hilangkan Bopeng Bekas Jerawat, Bisa Dipraktikkan Sekarang Juga