Advertorial

Temui Yan Xishan, 'Panglima Perang' yang Memproduksi Pabrikan Senjata China

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Selama beberapa dekade di awal dan pertengahan abad ke-20, Yan Xishan memerintah provinsi Shanxi.

Kunci nyata untuk membangun provinsi Shanxi menjadi masyarakat modern adalah Taiyun Arsenal.

Yakni sebuah pabrik yang dibangun Yan untuk mengindustrialisasikan tanah kelahirannya.

Pada tahun 1912, Yan mulai membangun Taiyuan Arsenal, yang pada awalnya dia sebut "Biro Mesin Shanxi."

Baca Juga:Kisah Tragis Al Sudani, Mata-mata Irak di Tubuh ISIS yang Gagalkan 30 Bom Mobil dan 18 bom Bunuh Diri

Pada tahun 1920 Yan mengimpor mesin dan mempekerjakan staf asing untuk memperbarui Biro Mesin Shanxi.

Sebagian besar peralatan berasal dari Jerman.

Stafnya adalah campuran para teknisi China yang dilatih di Amerika Serikat dan lainnya.

Tidak butuh waktulama, Biro Mesin Shanxi kemudian menjadi salah satu dari beberapa pabrik senjata di China yang mampu memproduksi potongan-potongan artileri yang disalin dari model-model Jerman.

Pada pertengahan 1920-an, arsenal menghasilkan tiruan submachinegun Thompson yang populer.

Pistol yang paling populer di Cina adalah "handel" C-96, yakni sebuah pistol yang berat dan kokoh.

Bersamaan dengan produksi senjata, Yan punya rencana ambisius untuk industrialisasi sipil.

Dia memiliki rencana besar untuk Shanxi, termasuk pendidikan publik dan reformasi tanah dan industri baja lokal.

Baca Juga:Derita Penyakit Genetika, Pria 25 Tahun Ini Miliki Wajah dan Tubuh Seperti Bocah 12 Tahun

Atas tindakannya ini, beberapa pengamat mulai memanggilnya “Gubernur Model.”

Yan adalah negosiator dan ahli strategi yang cerdas.

Dia menghindari konflik dan menunggu dulu pihak mana yang kira-kira akan menang.

Pada saat itulah, dia mulai bergabung an mendukung pihak yang dianggap paling menguntungkan.

Ketika Chiang Kaishek dan Tentara Nasionalis meluncurkan Ekspedisi Utara pada tahun 1927, Yan menyediakan pasukan untuk melawan panglima perang Manchuria Zhang Zuolin.

Pasukan Yan pada akhirnya memainkan peran kunci dalam merebut Beijing.

Mereka menyerahkan kemenangan kepada Nationalis atas Zhang dan menetapkan Chiang sebagai kepala pemerintah pusat baru China.

Tidak lama setelah itu, pembunuhan Jepang terhadap Zhang menyebabkan Zhang Xueliang, putra Zhang mengambil alih pasukan dan menjanjikan dukungan bagi Chiang.

Baca Juga:Dikenal 'Manja' dalam Pertempuran, Kini Tentara Amerika Dilengkapi 'Tangan Ketiga' untuk Operasikan Senapan

Namun, selama Perang Dataran Tengah, Yan memihak Feng Yuxiang dan Klausa Guangxi melawan Chiang.

Bahkan, an muncul di sampul Time dengan judul "Presiden China berikutnya."

Tetapi pemberontakan gagal dan pada 1930, Yan pergi ke pengasingan di Dalian, bagian dari Cina yang berada di bawah kendali tentara Jepang Kwantung.

Melalui itu semua, gudang senjata Taiyuan tetap aktif.

Pada tahun 1930, ia pun memiliki sebanyak 15.000 karyawan.

Sekitar waktu itu, tentara Shanxi mulai menyebarkan salinan senjata Arisaka Type 38 buatan Jepang, yang dikenal secara lokal sebagai Senapan Infantri 6-7 Shanxi.

Laporan intelijen AS pada 1930 memperkirakan Taiyuan telah menghasilkan 100.000 senapan berkualitas tinggi.

Pada waktu komunis mulai berkuasa, Yan melarikan diri ke Taiwan dan lebih menggeluti dunia kepenulisan dan pemikiran.

Pandangan terakhir filsafatnya dianggap "anti-komunis dan anti-kapitalis Konfusius utopianisme." Dia meninggal pada tahun 1960.

Sementara pabrik tetap hidup dan diambil oleh pemerintah komunis.

Baca Juga:Tragedi Jonestown, Saat 912 Orang Memilih Lakukan Bunuh Diri Massal

Artikel Terkait