Advertorial
Intisari-Online.com -Soal keputusan Turki membeli sistem rudal S-400 dari Rusia, Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengaku tak bisa berbuat banyak.
Lembaga yang dibentuk pada 4 April 1949 itu berujar, terdapat tantangan ketika Turki memutuskan membeli sistem rudal canggih tersebut.
Pernyataan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg di lembaga think tank konservatif Heritage Foundation di Washington, Amerika Serikat ( AS).
Seperti disebut di atas, sepeti dilansir Hurriyet pada Sabtu (15/9), Stoltenberg mengaku tak bisa berbuat banyak karena pembelian itu merupakan keputusan Turki sebagai negara.
Politikus asal Norwegia itu menjelaskan betapa pentingnya Turki sebagai anggota NATO maupun sebagai sekutu secara geografis.
Baca Juga : Abaikan Sanksi AS, Turki Siap Terima Rudal S-400 Rusia, NATO Makin Khawatir
Ia memaparkan, Ankara berkontribusi besar ketika melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), maupun menerima pengungsi Suriah.
"Mereka menerima jutaan pengungsi, dan mengimplementasikan perjanjian dengan Uni Eropa untuk mengatur arus migran di Laut Aegea," ujar Stoltenberg.
Karena itu, ia mengaku memahami jika terdapat perselisihan antara Turki dan AS soal pembelian sistem pertahanan anti-serangan udara itu.
Apalagi, Kongres sempat mengesahkan undang-undang yang melarang AS menjual jet tempur F-35 ke Turki jika mereka ngotot membeli S-400.
"Pastinya ada tantangan ketika mengombinasikan S-400 dengan F-35. Saya menyambut adanya dialog untuk menyelesaikan isu tersebut," katanya.
Mantan Perdana Menteri Norwegia 2000-2001 dan 2005-2013 itu meminta agar peran Ankara tidak dikesampingkan sebagai bagian dari NATO.
Seperti yang ramai diberitakan sebelumnya, Turki telah menyepakati pembelian sistem rudal tersebut dengan membayar uang muka 2,5 miliar dolar AS (Rp 36,5 triliun).
Rosoboronexport sebagai produsen sistem rudal berkode NATO Sa-21 Growler itu menyatakan bakal melakukan pengiriman di 2019.
CEO Rosoboronexport, Alexander Mikheev, menyebut ada tenggat waktu yang harus dipatuhi ketika meneken kontrak penjualan dengan Turki.
Baca Juga : Masih Ingat Anatoly Moskvin si Penjarah 750 Kuburan dan Kolektor Mayat? Begini Fakta Kelam Hidupnya
S-400 adalah sistem rudal yang bisa merontokkan pesawat tempur lawan dari jarak 400 kilometer dan rudal balistik dari jarak 60 kilometer.
Sistem tersebut terdiri atas radar multifungsi, sistem pendeteksi mandiri, rudal anti-serangan udara, tabung peluncur, dan kendaraan komando.
S-400 mampu menembakkan empat jenis rudal, tergantung target yang dihadapi, untuk memberikan pertahanan berlapis.
Pada April lalu, pejabat militer anonim berujar, pasukan Rusia mendapat rudal jenis baru yang bisa menghancurkan sasaran di orbit rendah.
Sebuah unit S-400 dapat mendeteksi target dari jarak 600 kilometer, dan mampu menghancurkan 36 sasaran secara simultan.
Baca Juga : Luncukan Roket Pembawa Satelit Navigasi, Sistem Pertahanan Rusia Makin Mengerikan
Sistem pertahanan ini diklaim dua kali lebih efektif dari pendahulunya, S-300, dan bisa disiagakan hanya dalam waktu 5 menit.
Dikembangkan sejak akhir 1980-an, S-400 mengalami penyempurnaan proyek pada Februari 2004.
Kemudian pada 2007, sistem itu diaktifkan secara resmi.
Setiap rudal yang ditembakkan dari sistem itu bisa melaju hingga 14 kali kecepatan suara, dan diklaim lebih hebat dari Patriot. (Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "NATO: Pembelian S-400 dari Rusia adalah Keputusan Turki sebagai Negara".