Find Us On Social Media :

Mengapa Ada Kesamaan yang Persis Untuk Larangan-Larangan Antar Suku atau Tradisi?

By Afif Khoirul M, Jumat, 26 Januari 2024 | 15:45 WIB

Ilustrasi - Mengapa ada kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antara suku/tradisi?

Intisari-online.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman suku, budaya, dan agama.

Lantas mengapa ada kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antara suku/tradisi?

Namun, di balik keberagaman tersebut, terdapat juga kesamaan yang menarik untuk diamati. Salah satunya adalah kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antar suku/tradisi.

Misalnya, hampir semua suku/tradisi di Indonesia melarang pernikahan sesama suku, melarang makan babi, melarang membunuh orang, dan sebagainya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah ada hubungannya dengan moralitas manusia di dunia yang sedemikian miripnya?

Penyebaran Budaya

Salah satu faktor yang dapat menjelaskan kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antar suku/tradisi adalah penyebaran budaya dari satu tempat ke tempat lain melalui perdagangan, migrasi, kolonialisasi, dan invasi.

Budaya adalah sistem nilai, norma, dan simbol yang dipelajari dan diwariskan oleh anggota suatu kelompok sosial.

Budaya dapat dipengaruhi oleh budaya lain melalui proses akulturasi, asimilasi, atau integrasi.

Akulturasi adalah proses penerimaan unsur-unsur budaya lain tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli.

Asimilasi adalah proses penyesuaian diri dengan budaya lain sehingga kehilangan identitas budaya asli.

Integrasi adalah proses penyatuan dua atau lebih budaya menjadi satu budaya baru.

Baca Juga: Kepercayaan, Adat, Hukum Lokal, dan Kepempimpinan Lokal, Bagaiman Keempat Pilar ini Saling Menguatkan?

Contoh penyebaran budaya yang dapat mempengaruhi larangan-larangan antar suku/tradisi adalah pengaruh agama.

Agama adalah salah satu unsur budaya yang memiliki larangan-larangan tertentu yang harus diikuti oleh para penganutnya.

Misalnya, agama Islam melarang makan babi, minum alkohol, berzina, dan membunuh.

Agama Kristen melarang menyembah berhala, berbohong, mencuri, dan membunuh.

Agama Hindu melarang makan sapi, membunuh makhluk hidup, dan berbuat tidak adil.

Agama Buddha melarang membunuh, mencuri, berzina, berbohong, dan minum alkohol.

Dengan adanya penyebaran agama di Indonesia, maka larangan-larangan agama tersebut juga menjadi larangan-larangan antar suku/tradisi yang mengikuti agama tersebut.

Kebutuhan dan Tantangan Manusia

Faktor lain yang dapat menjelaskan kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antar suku/tradisi adalah kebutuhan dan tantangan manusia dalam menjalani kehidupan.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti misalnya menemukan makanan, air bersih, tempat tinggal, dan keamanan.

Manusia juga memiliki tantangan yang sama, seperti misalnya menghadapi bencana alam, penyakit, perang, dan kemiskinan.

Untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi tantangan tersebut, manusia harus bekerja sama, berbagi, dan saling menghormati.

Oleh karena itu, manusia membuat larangan-larangan yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan, ketertiban, dan kesejahteraan bersama.

Baca Juga: Sumber-sumber Informasi Tambahan Terkait Tatanan Hidup dan Adat Orang Sumba Kepercayaan, Adat dan Tradisi

Contoh larangan-larangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan tantangan manusia adalah larangan terhadap perilaku yang dapat membahayakan kelangsungan hidup, seperti makan makanan tertentu atau melakukan aktivitas di waktu tertentu.

Misalnya, beberapa suku yang tinggal di daerah dengan iklim yang sulit, seperti gurun atau daerah kutub, memiliki larangan terhadap makan makanan yang dapat menyebabkan dehidrasi atau hipotermia.

Beberapa suku yang tinggal di daerah dengan hewan buas, seperti harimau atau ular, memiliki larangan terhadap melakukan aktivitas di malam hari atau di tempat tertentu.

Beberapa suku yang tinggal di daerah dengan sumber daya yang terbatas, seperti air atau tanah, memiliki larangan terhadap pemborosan atau pengrusakan.

Moralitas Manusia

Faktor terakhir yang dapat menjelaskan kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antar suku/tradisi adalah moralitas manusia di dunia yang sedemikian miripnya.

Moralitas adalah prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang menentukan baik dan buruk, benar dan salah, dalam perilaku manusia.

Moralitas dibentuk oleh agama, budaya, dan pengalaman manusia dalam mengembangkan norma dan aturan sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman mereka.

Moralitas juga dipengaruhi oleh rasio, emosi, dan intuisi manusia dalam menilai dan memilih tindakan yang paling tepat.

Oleh karena itu, moralitas manusia di dunia memiliki kesamaan yang mendasar, yaitu menghargai kehidupan, kebebasan, dan kebahagiaan manusia.

Contoh larangan-larangan yang berkaitan dengan moralitas manusia adalah larangan terhadap perilaku yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain, seperti membunuh, mencuri, berbohong, atau berzina.

Larangan-larangan ini didasarkan pada nilai-nilai moral yang sama, seperti kasih sayang, kejujuran, dan keadilan.

Baca Juga: Penjelasan Larangan dan Tabu Adalah Bagian Dari Kewajiban Sebagai Perintah Tuhan Dalam Kepercayaan

Larangan-larangan ini juga didasarkan pada rasa hormat terhadap orang tua, kesopanan, dan kepercayaan pada kebenaran.

Larangan-larangan ini juga didasarkan pada rasio, emosi, dan intuisi yang mengatakan bahwa perilaku tersebut salah dan tidak pantas dilakukan.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antar suku/tradisi, karena adanya penyebaran budaya, kebutuhan dan tantangan manusia, dan moralitas manusia di dunia yang sedemikian miripnya.

Larangan-larangan antar suku/tradisi merupakan hasil dari proses interaksi, adaptasi, dan integrasi manusia dengan lingkungan, budaya, dan agama yang berbeda-beda.

Larangan-larangan antar suku/tradisi juga merupakan hasil dari proses pembentukan, pengembangan, dan penegakan norma dan aturan sosial yang sesuai dengan kebutuhan, pengalaman, dan nilai-nilai manusia.

Larangan-larangan antar suku/tradisi juga merupakan hasil dari proses penilaian, pemilihan, dan pelaksanaan tindakan yang paling tepat berdasarkan rasio, emosi, dan intuisi manusia.

Itulah alasan mengapa ada kesamaan yang persis untuk larangan-larangan antara suku/tradisi?

Baca Juga: Apakah Peradaban Membentuk Kepercayaan Untuk Menemukan Tuhan Dalam Kepercayaan Marapu? Atau kah Sebaliknya!

Baca Juga: Inilah Kaitannya Hubungan Ajaran Kepercayaan Dengan Adat-Budaya Setempat.