Intisari-online.com - Tradisi megalitik adalah bentuk-bentuk praktik kebudayaan yang dicirikan oleh pelibatan monumen atau struktur yang tersusun dari batu-batu besar (megalit) sebagai penciri utamanya.
Lantas, bagaimana tradisi kebudayaan megalitik (Zaman Batu Besar) bisa dipertahankan hingga zaman ini.
Faktor-faktor apa yang mengharuskan mereka mempertahankannya?
Tradisi ini dikenal dalam perkembangan peradaban manusia di berbagai tempat: Timur Tengah, Eropa, Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, sampai kawasan Polinesia.
Di Indonesia, tradisi megalitik tampaknya berkembang sejak Zaman Batu Baru yang bertumpang tindih kalanya dengan Zaman Perundagian.
Tradisi megalitik di Indonesia memiliki ciri-ciri yang berbeda dari tradisi megalitik di daerah lain, meskipun memiliki aspek-aspek yang paralel.
Tradisi megalitik di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu megalitik tua yang berkembang pada masa neolitik (2500-1500 SM) dan megalitik muda yang berkembang dalam masa paleometalik (1000 SM–abad 1 M).
Megalitik tua menghasilkan bangunan yang disusun dari batu besar seperti menhir, dolmen, undak batu, limas berundak, pelinggih, patung simbolik, tembok batu, dan jalan batu.
Megalitik muda menghasilkan bangunan yang lebih kompleks dan bervariasi, seperti kubur batu, arca dinamis, candi, dan relief.
Tradisi megalitik di Indonesia tidak mengacu pada suatu era peradaban tertentu, namun lebih merupakan bentuk ekspresi yang berkembang karena adanya kepercayaan akan kekuatan magis atau non-fisik dan didukung oleh ketersediaan sumber daya di sekitarnya.
Tradisi megalitik di Indonesia juga melibatkan struktur ruang/arsitektur tertentu, benda-benda logam, gerabah, kayu, serta manik-manik.
Baca Juga: Kerangka Berusia 4000 Tahun Ditemukan di Dekat Stonehenge
Adanya kebiasaan menyertakan bekal kubur, berupa manik-manik atau senjata, juga berkembang kuat pada tradisi ini.
Pada beberapa tempat, tradisi megalitik juga melibatkan bentuk-bentuk seni tatah batu atau ukir batu, sehingga batu merupakan arca yang menunjukkan figur-figur tertentu.
Tradisi megalitik di Indonesia masih dapat ditemukan hingga zaman ini, baik dalam bentuk mendekati aslinya, seperti suku bangsa Nias, Batak (sebagian), Sumba, dan Toraja, maupun dalam bentuk akulturasi dengan lapisan budaya setelahnya, seperti suku bangsa Bali, Sunda (masih dipraktikkan oleh masyarakat Badui), dan Jawa.
Tradisi megalitik di Indonesia dapat dipertahankan hingga zaman ini karena beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor kepercayaan.
Tradisi megalitik berkaitan erat dengan kepercayaan akan kekuatan arwah nenek moyang, roh-roh alam, atau dewa-dewa yang dapat memengaruhi kehidupan manusia.
Dengan membuat bangunan-bangunan megalitik, masyarakat percaya bahwa mereka dapat menghormati, memuja, atau memohon perlindungan dari kekuatan-kekuatan tersebut.
Tradisi megalitik juga menjadi sarana untuk menghubungkan dunia nyata dengan dunia gaib, serta untuk mengatur hubungan sosial antara manusia.
Tradisi megalitik menjadi bagian dari identitas dan nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun.
2. Faktor sosial.
Tradisi megalitik juga berkaitan dengan struktur sosial masyarakat yang mendukungnya.
Bangunan-bangunan megalitik biasanya berkaitan dengan usaha para ketua adat, pemimpin, atau tokoh masyarakat untuk menjaga harkat dan martabat mereka.
Bangunan-bangunan megalitik juga menjadi simbol status, kekuasaan, atau kekayaan dari kelompok atau individu tertentu.
Tradisi megalitik juga menjadi sarana untuk menunjukkan solidaritas, kerjasama, atau persaingan antara kelompok atau individu dalam masyarakat.
Tradisi megalitik menjadi bagian dari sejarah dan tradisi yang dihormati dan dilestarikan oleh masyarakat.
3. Faktor lingkungan.
Tradisi megalitik juga berkaitan dengan kondisi lingkungan yang mendukungnya.
Bangunan-bangunan megalitik biasanya dibuat dari batu-batu besar yang tersedia di sekitar lokasi.
Batu-batu besar dipilih karena dianggap memiliki kekuatan atau kualitas yang istimewa, seperti keawetan, keindahan, atau kemiripan dengan sesuatu.
Bangunan-bangunan megalitik juga disesuaikan dengan bentuk atau karakteristik alam, seperti gunung, sungai, atau pohon.
Tradisi megalitik menjadi bagian dari keseimbangan dan keselarasan dengan alam yang dijaga dan dipelihara oleh masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi megalitik di Indonesia adalah salah satu bentuk kebudayaan yang unik dan beragam, yang dapat dipertahankan hingga zaman ini karena adanya faktor-faktor kepercayaan, sosial, dan lingkungan yang mengharuskan mereka mempertahankannya.
Tradisi megalitik di Indonesia merupakan warisan budaya yang perlu dihargai, dihormati, dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia.
Demikianlah, bagaimana tradisi kebudayaan megalitik (Zaman Batu Besar) bisa dipertahankan hingga zaman ini.