Intisari-Online.com - Carok kembali terjadi di Pulau Madura, kali ini Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Kejadian yang menewaskan empat orang ini terjadi pada Jumat (12/1) kemarin.
Terkait tradisi carok, benarkah ini sebenarnya warisan Belanda yang tujuannya untuk adu domba?
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tanjung Bumi AKP Fery Riswantoro membenarkan adanya kejadian itu.
Polisi memperoleh laporan dari masyarakat bahwa terjadi perkelahian menggunakan senjata tajam sekitar pukul 19.00 WIB.
“Iya benar, masih upaya ungkap, sebentar. TKP Bumianyar, Tanjung Bumi," ujarnya, Jumat malam, dikutip dari Surya.
Sementara itu, Kaur Bin Ops (KBO) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Bangkalan Iptu Sugeng Hariana mengatakan, empat korban tewas itu berdomisili dalam satu kecamatan.
“Informasi yang bertikai sama-sama warga (Kecamatan) Tanjung Bumi, Desa Bumianyar dan Desa Larangan. Nama-nama korban masih belum kami ketahui, masih dalam penyelidikan,” ucapnya.
Kasus carok di Bangkalan ini sedang diselidiki polisi.
Tim Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Jatim terjun ke lokasi untuk membantu penyelidikan.
Jika mengutip dari artikel di Kompas.com berjudul "Carok, Warisan 'Adu Domba' Kolonial Belanda', praktik ini ternyata terhitung baru.
Itu artinya tradisi carok yang sekarang dilekatkan dengan Madura baru ada setelah kedatangan Belanda, dan ia adalah tradisi adu domba.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR