Penulis
Intisari-Online.com – Kisah masa lalu dari Kerajaan China tetap menjadi bagian yang menarik, mulai dari suksesi hingga intrik-intrik politik mereka.
Putri Jieyou menjadi sosok yang berpengaruh dan dicintai di China.
Kisahnya benar-benar mencengangkan, tak heran mengapa China membuat drama populer hidup Putri Jieyou, yang dibintangi oleh Zhang Xinyi sebagai pemeran utama.
Putri Jieyou adalah seorang putri dari Dinasti Han yang melakukan perjalanan sejauh 4.828,03 km ke Wusun sebagai bagian dari aliansi perkawinan.
Dia menjadi pengganti Putri Xijun.
Putri Jieyou dipaksa menikah tiga kali demi kesejahteraan tanah kelahirannya, namun dia berhasil membangun dinasti di wilayah Barat.
Liu Jieyou lahir pada tahun 121 SM, berasal dari keluarga kekaisaran yang dipermalukan.
Kakeknya, Pangeran Chu, dikenal terlibat dalam hubungan inses, juga terlibat dalam Pemberontakan Tujuh Negara.
Ketika pemberontakan gagal, dia terpaksa bunuh diri pada tahun 154 SM.
Sejak tiga puluh tiga tahun telah berlalu antara pengkhianatan Pangeran Chu dan kelahiran Liu Jieyou, wanita ini pun lolos dari ‘hukuman’.
Untuk melindungi Han China dari invasi oleh Xiongnu (juga dikenal sebagai Hun dalam catatan sejarah Barat), Kaisar Wu bersekutu dengan Kerajaan Wusun (di Xianjiang, sekarang).
Kaisar Wu melakukan ini melalui aliansi pernikahan, mulanya dia mengiri Putri Xijun untuk menikah dengan Raja Wusun.
Namun, ketika Putri Xijun meninggal, Kaisar Wu melihat bahwa sangat penting untuk melanjutkan aliansi dengan kerajaan Wusun, maka dia memilih Liu Jieyou sebagai penggantinya.
Pada tahun 87 SM, Kaisar Wu mengangkat Jieyou menjadi status Putri, kemudian dia melakukan perjalanan sejauh 4.828,03 km ke kerajaan Wusun, dengan membawa sutra dan harta karun, pengawal, serta pelayannya.
Salah satu pelayannya, Feng Liao, di kemudian hari terbukti sebagai diplomat yang cerdik, dia menikah dengan Cenzou, Raja Wusun, dan juga suami kedua Putri Xijun.
Putri Jieyou sendiri jauh lebih muda dari Raja Cenzou dan hidup lebih lama darinya.
Tidak seperti pendahulunya, Putri Jieyou tidak protes ketika harus menikah dengan keponakan Cenzou, Raja Wengguimi, yang kemudian dikenal dalam sejarah sebagai ‘Raja Gemuk’.
Raja Wengguimi menjadinya istrinya, Xiongnu, sebagai ‘Nyonya Kiri’, posisi yang lebih unggul daripada Putri Jieyou, yang diangkat menjadi ‘Nyonya Kanan’.
Meskipun statusnya lebih rendah daripada ‘Nyonya Kiri’, namun Putri Jieyou memiliki pengaruh dalam politik.
Putri Jieyou menjadi duta besar tidak resmi antara Han China dan Wusun, yang berulang kali menulis kepada kaisar, meminta Han China untuk mengirim pasukan ke Wusun demi melindungi mereka dari Xiongnu yang menyerang.
Han China mengirimkan 150.000 tentara yang dipimpin oleh lima jenderal untuk mengalahkan Xiongnu.
Pada tahun 71 SM, mereka pun akhirnya berhasil meraih kemenangan.
Putri Jieyou memanfaatkan pelayannya, Feng Liao, yang sangat pintar dan berpengalaman klasik, menikah dengan seorang jenderal Wusun aristokrat.
Dia sering menjadi uturan Putri Jieyou di wilayah barat Wusun, dan telah mengamankan takhta putra dari Putri Jieyou pada tahun 53 SM, serta memperkuat pemerintahan cucu Putri Jieyou pada tahun 51 SM.
Pada tahun 65 SM, Putri Jieyou percaya bahwa putra sulungnya, Yanguimi, menggantikan Raja Wengguimi.
Lalu, Putri Jieyou meminta izin pada suaminya untuk menulis surat kepada Han China meminta mereka mengirim seorang putri untuk menikahi putranya, yang akan membantu memperkuat hubungan Han China dan Wusun.
Raja Wengguimi setujun, namun sebelum Putri Jieyou bisa mengirim suratnya, suaminya meninggal.
Putri Jieyou pun gagal menjadinya putranya sebagai Raja Wusun.
Takhta pun diberikan kepada Nimi, putra Raja Cenzou dari istrinya Xiongnu, yang kemudian dikenal dalam sejarah sebagai ‘Raja Gila’.
Pada tahun 64 SM, Raja Nimi menikahi Putri Jieyou, melansir History of Royal Women.
Catatan sejarah menyatakan bahwa Putri Jieyou memiliki seorang putra dengan Raja Nimi bernama Chimi, namun sejarawan menyatakan bahwa pernyataan itu salah, bagaimana mungkin karena Putri Jieyou berusia 57 tahun ketika dia menikahi Raja Nimi.
Pernikahan Putri Jieyou dengan Raja Nimi sangat tidak bahagia, apalagi Raja Nimi sangat brutal, bahkan ini membuat Putri Jieyou mencoba membunuhnya dalam sebuah perjamuan, namun Raja Nimi berhasil lolos.
Tak lama setelah itu, Raja Nimi dibunuh oleh Wujiutu, putra Wengguimi dari istrinya Xiongnu.
Wujiutu kemudian menjadi Raja Wusun, namun Feng Liao membujuknya untuk membagi wilayah Wusun.
Putra dari Putri Jieyou, Yanguimi, menjadi Raja Besar, sementara Wujiutu menjadi Raja Kecil.
Raja Wujiutu meninggal karena sakit pada tahun 51 SM.
Pada tahun 51 SM, Putri Jieyou bertanya kepada kaisar Han apakah dia bisa kembali ke China, saat itu usianya 70 tahun.
Putri Jieyou rindu kampung halaman dan ingin mati di tanah kelahirannya, dan Kaisar menyetujuinya.
Putri Jieyou kembali ke China sebagai putri kekaisaran, membawa serta tiga cucunya, kemudian meninggal pada tahun 49 SM, namun warisan Putri Jieyou tetap hidup.
Keturunannya memerintah wilayah barat dan memelihara hubungan baik dengan Han Cina.
Putra kedua Putri Jieyou, Wannian, menjadi raja negara bagian Suoju, sayangnya dia ternyata raja yang jahat dan dibunuh pada tahun 65 SM.
Putri sulung Putri Jieyou, Desi, menikah dengan Raja Kucha (Qiuzi modern).
Ketika putra mereka, Chengde, naik takhta, dia percaya dirinya adalah cucu dari dinasti Han, lalu menjalin hubungan dekat dengan Han China antara 32 hingga 1 SM.
Demikianlah, Putri Jieyou berhasil di mana pendahulunya Putri Xijun tidak.
Melalui Putri Jieyou, impian Kaisar Wu untuk membina hubungan positif antara Han China dan Wusun pun terwujud.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari