Penulis
Intisari-Online.com – Putri Liji dianggap sebagai salah satu wanita paling cantik di kekairan China Kuno.
Sayangnya, dia menggunakan kecantikannya untuk tindakan kejam.
Dia terkenal karena mengubah ‘suksesi Jin dari pewaris yang layak menjadi putranya sendiri’.
Goncangan suksesi itu menyebabkan bunuh diri putra tirinya Pangeran Shensheng, yang pernah menjadi Putra Mahkota Jin.
Kematian putra mahkota pun membuat negara Jin kacaubalau selama lima dinasti berturut-turut.
Karena tindakannya yang kejam itu, Putri Liji sering digambarkan sebagai penyihir dan ibu tiri yang jahat dalam sastra China.
Putri Liji hidup selama periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang berlangsung dari 771 hingga 476 SM.
Selama periode ini, dinasti Zhou mengalami kemunduran, dan para penguasanya hanyalah boneka.
Kekuatan sebenarnya berada pada negara bagian, yaitu Jin, Qin, Qi, dan Chu.
Putri Liji hidup tepat sebelum Periode Negara-negara Berperang, ketika dinasti Zhou jatuh, dan negara-negara bagian menjadi merdeka sampai mereka dipersatukan kembali oleh kaisar Qin.
Selama periode Musim Semi dan Musim Gugur itu, mereka tidak benar-benar menjawab kaisar Zhou.
Sebaliknya, negara Jin memiliki dinasti kecilnya sendiri, karena Jin adalah salah satu negara paling kuat di China, yang memiliki ‘budaya metropolitan’.
Negara Jin terdiri dari sub-wilayah lain yang diperintah oleh panglima perang yang kuat yang bertanggung jawab kepada Adipati Jin.
Pergolakan politik selama periode Musim Semi dan Musim Gugur itulah memainkan peran penting dalam kisah Putri Liji.
Pada pertengahan abad ketujuh SM, Putri Liji adalah putri kepala suku Li Rong, yang merupakan kelompok etnis dari China Barat.
Pada tahun 672 SM, Adipati Xian dari Jin mengalahkan suku Li Rong dan membunuh ayahnya, lalu mengambil dua wanita dari suku itu untuk menjadikan selirnya, salah satunya adalah Liji.
Setelah melihat Liji, dia pun langsung jatuh cinta karena kecantikannya, dan ingin menjadikan istri utamanya.
Sebelum bertindak, dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan peramal melihat apakah Liji akan menjadi istri yang baik, namun ketika mendapat tanggapan negatif, dia pun memutuskan untuk tidak menjadikan Liji sebagai istri utamanya.
Namun, sebagai selir, Liji menjadi favoritnya, yang memberikan dua orang putra.
Ketika istri utama Adipati Xian, Qi Jiang meninggal, Liji pun diangkat menjadi istri utama Adipati Xian, namun ini belum membuat Liji puas.
Dia bermimpi menjadikan Xiqi menjadi penguasa kerajaan Jin berikutnya, tapi ada satu kendala.
Adipati Xian telah menunjuk putra tirinya, Shensheng sebagai Putra Mahkota Jin, yang memiliki latar belakang yang bergengsi, karena Shensheng merupakan cucu dari Duke Huan dari Qi.
Sejarawan China menggambarkan Pangeran Shensheng sebagai korban yang saleh dan tidak bersalah, dan Putri Liji sebagai ibu tiri yang jahat dan manipulatif.
Putri Liji membujuk suaminya untuk mengasingkan Pangeran Shensheng dan dua putranya yang lain dari istana dengan dalih membela wilayah Jin.
Saat Pangeran Shensheng pergi, Putri Liji menambah benih kecurigaan di telinga suaminya, sehingga menimbulkan banyak keraguan tentang putranya itu.
Putri Liji terus mengatakan kepada suaminya bahwa putranya itu merencanakan pemberontakan rahasia melawannya sehingga Adipati Xian mulai takut pada putranya.
Barulah pada tahun 656 SM Putri Liji merencanakan untuk menyingkirkan putra tirinya itu dan menempatkan putranya sendiri di atas takhta.
Ketika Pangeran Shensheng kembali ke ibu kota untuk memberikan persembahan bagi mendiang ibunya, Qi Jiang, dengan membawakan daging dan anggur untuk ayahnya, Putri Liji meracuni makanan dan anggur untuk menjebak sang pangeran.
Dia memperlihatkan kepada publik dengan memberi makan daging pada anjing dan anggur kepada seorang gadis pelayan.
Anjing dan pelayan itu mati seketika, sehingga Pangeran Shensheng disalahkan karena mencoba membunuh ayahnya.
Orang-orang pun ditetapkan untuk membunuh Shensheng karena upaya ‘pembunuhan’ ayahnya, Pangeran Shensheng menyadari bahwa tidak ada jalan keluar dari situasi ini, maka dia pun memutuskan untuk gantung diri.
Setelah Pangeran Shensheng bunuh diri, melansir History of Royal Women, Putri Liji memutuskan untuk menyingkirkan putra suaminya yang lain.
Dia memberi tahu suaminya bahwa dua putranya yang lain mencoba memberontak melawannya.
Adipati Xian mencoba untuk memerintahkan eksekusi kedua putranya, tetapi mereka berhasil melarikan diri sebelum bahaya menimp mereka.
Akhirnya, putra Liji sendiri, Xiqi, menjadi pewaris takhta kerajaan Jin.
Digambarkan Putri Liji berhenti merencanakan yang lain sejak dia mencapai tujuan utamanya, namun harga yang dibayar Putri Liji tidak sepadan.
Ketika Xiqi menjadi Adipati Jin pada tahun 651, dia dibunuh oleh Jenderal Li Ke, sebulan setelah suksesinya.
Pertumpahan darah tidak berhenti sampai di situ.
Saudara laki-laki Xiqi, Zhuozi, naik takhta, namun jabatannya juga berlangsung hanya sebulan ketika dia juga dibunuh oleh Li Ke.
Li Ke juga ‘mencambuk dan membunuh’ Putri Liji.
Dua orang yang berpura-pura duduk di atas takhta Jin sampai putra Adipati Xian, Cong’er, mengklaimnya pada tahun 636 SM.
Akhirnya, Putri Liji menjadi korban dari ambisinya sendiri.
Dia berhasil mengangkat putranya di atas takhta, tetapi semuanya berakhir dengan kekerasan.
Benarkah Putri Liji sejahat yang digambarkan?
Menariknya, Putri Liji tidak mencoba dan membalas dendam langsung pada suaminya yang telah membunuh ayahnya dan menjadikannya selir.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari