Find Us On Social Media :

Ancaman Nuklir Vladimir Putins: 9 Titik Jadi Incaran Serangan Rudal dan Bisa Dilenyapkan Rusia Hanya dalam Hitungan 20 Menit

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 1 Maret 2022 | 08:00 WIB

Ancaman nuklir Presiden Rusia Vladimir Putin.

Intisari-Online.comRusia memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia dengan 6.257 armadanya yang kuat.

Senjata-senjata itu termasuk 527 rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan pembom strategis.

ICBM dapat mencapai kecepatan tertinggi empat mil per detik dalam waktu sekitar sepuluh menit setelah peluncuran.

Ini artinya, rudal tersebut bisa mencapai Inggris dari Rusia dalam waktu 20 menit.

Melansir Express.co.uk, Kamis (24/2/2022), Rusia baru-baru ini meluncurkan dua rudal balistik militer dalam uji coba atas perintah Vladimir Putin.

Kremlin mengatakan: “Semua rudal mencapai targetnya."

Veteran tentara dan peneliti perang nuklir Christopher Witman sebelumnya mengklaim bahwa, jika Rusia mengirim rudal ke Inggris, maka ada 6 pangkalan Angkatan Udara Kerajaan (RAF) yang diincar.

Pangkalan tersebut termasuk Flyingdales di Yorkshire, Alconbury dekat Huntingdon, dan Lakenheath dan Mildenhall, keduanya di Suffolk.

Baca Juga: Putin Siagakan Senjata Nuklir, Ternyata Bukan Hanya Rusia dan Barat yang Jadi Ancaman Dunia, Tetapi Negara-negara Ini Juga

Baca Juga: Tragis Berakhir Dikhianati Rusia, Ternyata Ukraina Dulunya Adalah Pemilik Sejata Nuklir Terbesar Ke-3 Dunia, Namun Nyaris Semua Senjatanya Lenyap Gara-Gara Hal Ini

Pangkalan RAF lainnya yang dapat menjadi sasaran jika terjadi serangan nuklir termasuk Croughton di Northamptonshire dan Barford St John di Oxfordshire.

Target yang lebih potensial dapat mencakup tiga pangkalan Angkatan Laut, yakni HNMB Clyde di Skotlandia, HNMB Devonport di Plymouth, dan HNMB Portsmouth.

Dalam uji coba rudal terbaru Kremlin, satu ICMB ditembakkan ke barat laut Rusia.

Satu lagi ditembakkan dari kapal selam di Laut Barents dan mengenai sasaran yang jauhnya ribuan kilometer di semenanjung timur jauh Kamchatka.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: “Peluncuran uji coba semacam itu, tentu saja tidak mungkin tidak dilakukan tanpa perintah kepala negara. Anda tahu tentang koper hitam yang terkenal dan tombol merahnya.”

Peluncuran rudal tersebut dilakukan sebelum Putin resmi siagakan pasukan nuklirnya pada Minggu (27/2/2022), yakni saat ancaman peningkatan pasukan di perbatasan Ukraina terjadi.

Namun, ancaman nuklir Putin semakin membingungkan karena berangkat dari doktrin pencegahan nuklir Rusia yang sudah mapan.

Pada 2020, Putin menyetujui prinsip-prinsip dasar dengan empat kasus ketika Moskwa dapat menggunakan senjata nuklir.

Baca Juga: Bikin Bergidik, Putin Perintahkan Pasukan Nuklir Rusia Siap Siaga Tinggi, Dampak Nuklir Tak Main-main Seperti di Hiroshima, Sebabkan 1.900 Kematian Akibat Kanker Meski Lewat Sedekade

Baca Juga: Dengan Mata Biru Tua dan Pipi Merah, Maria Nikolaeva Dianggap Putri Tercantik dari Keempat Putri Tsar Nicholas II, Berada di Belakang Ibunya Ketika Eksekutor Lumpuhkan Keluarga Kaisar Rusia

Prinsip-prinsip itu adalah ketika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu saat musuh menggunakan senjata nuklir, serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia, atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Tak satu pun dari kriteria tersebut terpenuhi dalam konflik Rusia Ukraina saat ini.

Terlebih lagi, Rusia bergabung dengan empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB pada Januari dalam menandatangani dokumen yang menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangi dan tidak boleh diperangi.

Ancaman verbal terbaru Putin menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan, dari jenis deklarasi ini, kata Marc Finaud, ahli proliferasi nuklir di Geneva Centre for Security Policy.

Baca Juga: Disebut Hanya Gertakan, Pasukan Nuklir Rusia Siaga Tinggi Justru Dinilai Analis sebagai Langkah Putus Asa Rusia dalam Invasi ke Ukraina

Baca Juga: Diklaim Sebagai 'Ras Kulit Putih Paling Murni', Kecantikan Wanita Sirkasia Justru Berujung Petaka, Picu Genosida Warga Muslim oleh Kekaisaran Rusia

(*)