Dalam uji coba rudal terbaru Kremlin, satu ICMB ditembakkan ke barat laut Rusia.
Satu lagi ditembakkan dari kapal selam di Laut Barents dan mengenai sasaran yang jauhnya ribuan kilometer di semenanjung timur jauh Kamchatka.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: “Peluncuran uji coba semacam itu, tentu saja tidak mungkin tidak dilakukan tanpa perintah kepala negara. Anda tahu tentang koper hitam yang terkenal dan tombol merahnya.”
Peluncuran rudal tersebut dilakukan sebelum Putin resmi siagakan pasukan nuklirnya pada Minggu (27/2/2022), yakni saat ancaman peningkatan pasukan di perbatasan Ukraina terjadi.
Namun, ancaman nuklir Putin semakin membingungkan karena berangkat dari doktrin pencegahan nuklir Rusia yang sudah mapan.
Pada 2020, Putin menyetujui prinsip-prinsip dasar dengan empat kasus ketika Moskwa dapat menggunakan senjata nuklir.
Prinsip-prinsip itu adalah ketika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu saat musuh menggunakan senjata nuklir, serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia, atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.
Tak satu pun dari kriteria tersebut terpenuhi dalam konflik Rusia Ukraina saat ini.
Terlebih lagi, Rusia bergabung dengan empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB pada Januari dalam menandatangani dokumen yang menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangi dan tidak boleh diperangi.
Ancaman verbal terbaru Putin menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan, dari jenis deklarasi ini, kata Marc Finaud, ahli proliferasi nuklir di Geneva Centre for Security Policy.
(*)