Blak-blakan Mengaku Dukung Ukraina, Wanita Muslim di Inggris Ini Malah Jadi Sasaran Serangan Islamofobia, Ternyata Pernyataan Ini Pemicunya

Khaerunisa

Editor

Zarah Sultana, wanita Muslim di Inggris yang malah jadi sasaran serangan Islamofobia usai nyatakan dukungannya untuk Ukraina.
Zarah Sultana, wanita Muslim di Inggris yang malah jadi sasaran serangan Islamofobia usai nyatakan dukungannya untuk Ukraina.

Intisari-Online.com - Perang Rusia dan Ukraina belum berakhir, sementara dukungan datang untuk masing-masing pihak.

Baru-baru ini Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Liz Truss mengungkapkan dukungannya terhadap warga Inggris yang ingin ke Ukraina untuk ikut perang melawan Rusia.

Ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan masing-masing individu, tetapi ia menegaskan bahwa apa yang terjadi di Ukraina saat ini adalah perjuangan untuk demokrasi.

Truss menegaskan saat ini warga Ukraina sedang berjuang untuk kebebasan, tak hanya untuk Ukraina tapi untuk seluruh Eropa.

“Saya mendukung itu (warga Inggris yang ingin ke Ukraina), dan tentu saja hal seperti itu adalah keputusan yang dibuat mereka sendiri,” katanya kepada BBC, Minggu (27/2/2022).

“Rakyat Ukraina saat ini sedang berjuang untuk kemerdekaan dan demokrasi tak hanya untuk Ukraina, tetapi juga seluruh Eropa karena tantangan dari Presiden (Rusia, Vladimir) Putin,” ujarnya.

Tetapi, seorang wanita muslim di Inggris malah menjadi sasaran serangan Islamofobia usai menyatakan dukungannya untuk Ukraina.

Dia adalah Zarah Sultana, seorang anggota parlemen Muslim Inggris dari Partai Buruh.

Baca Juga: Tak Heran NATO 'Ogah-ogahan' Jadikan Ukraina Anggotanya, Rupanya Rudal Nuklir Rusia Ini Siap Hantam dan Hancurkan Negara NATO ini dalam Waktu 20 Menit

Baca Juga: Nyaris Dijual sebagai Budak, Black Caesar Jadi Bajak Laut Terkenal dari Benua Hitam hingga Hidupnya Berakhir Begini

Melansir middleeasteye.net (26/2/2022), Sultana mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah menerima "ancaman kematian... diisi dengan pelecehan rasis" terkait dengan pandangannya yang salah tentang Ukraina.

"Saya tidak ragu bahwa serangan yang mengerikan dan tidak masuk akal ini adalah akibat langsung dari laporan media yang tidak akurat dan komentar pers yang sengaja menyesatkan," tulisnya dalam sebuah posting Facebook .

Ia pun mengatakan bahwa sebuah stasiun radio lokal BBC meminta maaf kepadanya awal pekan ini, karena secara salah menyatakan bahwa dia telah "menyarankan NATO bertanggung jawab atas krisis di Ukraina".

Sementara itu, seorang Konservatif di Coventry, di mana Sultana adalah seorang anggota parlemen, menyebutnya sebagai "penghasut untuk Rusia-nya Putin," tulis Sultana.

Menurutnya, tuduhan yang disasarkan padanya telah melewati batas, bahkan berbahaya.

"Saya harus menjelaskan pada tahap ini bahwa tuduhan ini telah melewati batas dari salah ke berbahaya," tambahnya.

"Sebagai anggota parlemen, tidak mungkin untuk melupakan bahwa dua rekan saya telah dibunuh dalam beberapa tahun terakhir.

Meski mendapatkan serangan yang demikian, Sultana tetap menegaskan bahwa dirinya mendukung rakyat Ukraina.

Baca Juga: 'Dosa' Masa Lalu ini Bikin Karier Kang Dong Won Sang Aktor Senior Korea Selatan Kini Meredup, Apa Salahnya?

Baca Juga: Keteguhan Selama 2 Abad Mulai Goyah, Negara Ini Tiba-tiba Ingin Gabung NATO Usai Rusia Invasi Ukraina, Diam-diam Lakukan Ini pada 2014

"Sebagai seorang wanita muda Muslim, saya sangat menyadari risiko untuk keselamatan saya.

"Saya telah terbuka tentang pelecehan dan ancaman Islamofobia yang saya terima secara teratur, dengan penggambaran rasis tentang saya sebagai 'orang asing,' 'pengkhianat,' dan ' musuh' Inggris.

"Saya mendukung rakyat Ukraina," ungkapnya.

Sultana merupakan salah satu dari 11 anggota parlemen Partai Buruh sayap kiri yang diminta untuk mencabut tanda tangan mereka dari pernyataan Hentikan Perang yang mengkritik ekspansionisme NATO.

Politisi Partai Buruh lainnya dikritik pada hari Kamis setelah menyamakan invasi Rusia ke Ukraina dengan pendudukan Israel atas tanah Palestina, dan mendesak agar hukum internasional dihormati dalam kedua situasi tersebut.

"Hati saya tertuju kepada rakyat Ukraina," kata anggota parlemen Partai Buruh Julie Elliott selama debat Commons tentang pengakuan Palestina.

Dalam kesempatan itu, dia menekan pemerintah untuk mempertimbangkan untuk mengakui negara Palestina bersama Israel dalam mengejar solusi dua negara.

“Benar sekali kita berbicara tentang hukum internasional. Faktanya, saya mendengarkan menteri [Amanda Milling] hanya beberapa menit yang lalu tentang pentingnya kedaulatan negara.

"Namun ketika orang Palestina mendengar itu, bagaimana perasaan mereka? Mereka telah bertahan 54 tahun pendudukan, yang dengan sendirinya merupakan agresi," ungkapnya.

Baca Juga: Nyaris Dijual sebagai Budak, Black Caesar Jadi Bajak Laut Terkenal dari Benua Hitam hingga Hidupnya Berakhir Begini

(*)

Artikel Terkait