Tragis Berakhir Dikhianati Rusia, Ternyata Ukraina Dulunya Adalah Pemilik Sejata Nuklir Terbesar Ke-3 Dunia, Namun Nyaris Semua Senjatanya Lenyap Gara-Gara Hal Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi senjata nuklir Ukraina.

Intisari-online.com - Bukan, Inggris, China, ataupun Prancis, ternyata negara pemilik nuklir terbesar dunia setelah Perang Dingin adalah Ukraina.

Berakhirnya Perang Dingin membuat Ukraina muncul sebagai kekuatan nuklir terbesar ketiga saat itu, berkat persediaan besar yang diwarisi dari bekas Uni Soviet.

Sekitar 5.000 senjata nuklir, rudal jarak jauh yang membawa hingga 10 hulu ledak termonuklir, disimpan di lokasi rahasia bawah tanahUkraina.

Tapi kemudian, di bawah perjanjian internasional, negara itu setuju untuk menyerahkan persenjataan nuklirnya, sekaligus menjadi satu-satunya negara yang pernah melakukannya.

Setelah invasi Rusia, suara-suara yang menentang denuklirisasi mendapatkan daya tarik.

"Kami memberikansenjata nuklir itu secara cuma-cuma," Andriy Zahorodniuk, mantan menteri pertahanan Ukraina mengatakan kepada The New York Times awal bulan ini.

Lantas apa keadaan yang menyebabkan denuklirisasi Ukraina?

Setelah republik paling kuat kedua di Uni Soviet (USSR), Ukraina memilih untuk merdeka pada 1 Desember 1991.

Baca Juga: Bikin Bergidik, Putin Perintahkan Pasukan Nuklir Rusia Siap Siaga Tinggi, Dampak Nuklir Tak Main-main Seperti di Hiroshima, Sebabkan 1.900 Kematian Akibat Kanker Meski Lewat Sedekade

Baca Juga: Dengan Mata Biru Tua dan Pipi Merah, Maria Nikolaeva Dianggap Putri Tercantik dari Keempat Putri Tsar Nicholas II, Berada di Belakang Ibunya Ketika Eksekutor Lumpuhkan Keluarga Kaisar Rusia

Dengan kemerdekaan itu Ukraina menyandang status kepemilikan nuklir terbesar ketiga di dunia, tetapi hanya sebentar.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, ribuan senjata nuklir, sekitar sepertiga dari persenjataan nuklir Soviet, ditinggalkan di tanah Ukraina oleh Moskow.

Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), Ukraina memiliki sekitar 3.000 senjata nuklir taktis yang dimaksudkan untuk menyerang fasilitas militer besar, armada angkatan laut dan formasi lapis baja, dan 2.000 senjata nuklir strategis yang dimaksudkan untuk menghancurkan kota.

Meskipun memiliki persenjataan nuklir terbesar ketiga di dunia, otoritas untuk menggunakan kontrol penembakan terpusat dari senjata-senjata ini tetap berada di Moskow.

Negosiasi ekstensif antara Ukraina, Rusia, Inggris, dan AS menghasilkan kesepakatan yang disebut Memorandum Budapest.

Sesuai perjanjian, Ukraina setuju untuk membongkar persenjataan nuklir dan sistem pengiriman seperti pembom dan rudal dengan bantuan keuangan dari Barat.

Ukraina menyetujui aksesi ke Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) sebagai negara non-senjata nuklir.

Perjanjian tersebut meyakinkan Ukraina bahwa Rusia, AS, dan Inggris akan menahan diri untuk tidak mengancamnya dan menghormati "kemerdekaan dan kedaulatannya serta perbatasan yang ada".

Baca Juga: Dengan Mata Biru Tua dan Pipi Merah, Maria Nikolaeva Dianggap Putri Tercantik dari Keempat Putri Tsar Nicholas II, Berada di Belakang Ibunya Ketika Eksekutor Lumpuhkan Keluarga Kaisar Rusia

Baca Juga: Merasa di Atas Angin, dengan Pongahnya Ukraina Klaim Telah Tewaskan dan Lukai 4.300 Tentara Rusia dan Hancurkan 146 Tank, Tunjukkan Serangan Kilat Rusia yang Gagal

Perjanjian enam paragraf itu juga meyakinkan Ukraina bahwa tiga penandatanganitu, akan "menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik Ukraina, dan bahwa tidak ada senjata mereka yang akan digunakan melawan Ukraina kecuali untuk membela diri. atau sebaliknya sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa."

Dikatakan bahwa ketiga penandatangan tidak akan menggunakan paksaan ekonomi terhadap Ukraina untuk mengamankan keuntungan dalam bentuk apa pun.

Ketiga negara sepakat untuk meminta persetujuan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan bantuan kepada Ukraina jika menjadi korban tindakan agresi atau objek ancaman agresi yang menggunakan senjata nuklir.

Negara-negara yang berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata nuklir terhadap setiap Negara pihak yang tidak bersenjata nuklir pada Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.

Kecuali dalam kasus serangan terhadap diri mereka sendiri, wilayah atau wilayah ketergantungan mereka, angkatan bersenjata mereka, atau sekutunya, oleh Negara tersebut dalam asosiasi atau aliansi dengan Negara senjata nuklir.

Keempat pihak dalam Memorandum Budapest setuju untuk berkonsultasi "jika timbul situasi yang menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen ini."

Sayangnya, Rusia mengkhianati perjanjian Budapest, dengan melakukan invasi ke Ukraina.

Pengambilalihan Rusia atas Krimea di wilayah Ukraina pada tahun 2014 dianggap sebagai pelanggaran terhadap Budapest Memorandum.

Baca Juga: Invasinya ke Ukraina Banyak dapat Dukungan Warga Indonesia, Benarkah Rusia Kini Bukan Lagi Negara Komunis?

Baca Juga: Ngambek Gara-gara Dituduh Tak Seberani Jokowi saat Bicara Soal Konflik Ukraina-Rusia, PM Malaysia Ini Buru-buru Kirim Surat Teguran ke Situs Berita Ini

Putin, bagaimanapun, menolak kritik yang menyebut Memorandum Budapest tidak valid karena telah ditandatangani dengan pemerintah Ukraina sebelumnya.

Putin awal pekan ini mengklaim bahwa Ukraina masih memiliki teknologi nuklir Soviet dan ingin membuat senjata nuklirnya sendiri.

"Kami tahu bahwa sudah ada laporan bahwa Ukraina ingin membuat senjata nuklirnya sendiri," katanya.

"Ini bukan bualan kosong. Ukraina sebenarnya masih memiliki teknologi nuklir Soviet dan sistem pengiriman untuk senjata semacam itu," kata Putin, menurut kantor berita Rusia TASS.

Artikel Terkait