Intisari-Online.com - Hingga kini,invasi RusiakeUkrainamasih terus berlangsung sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Sejak itu pula, banyak sanksi yang telah dijatuhkan negara-negara kepadaRusia.
Jumat (25/2/2022), Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, menyusul pengumuman serupa oleh Inggris dan Uni Eropa (UE) setelah seranganRusiakeUkraina.
Meski demikian, Putinjustru memerintahkan untuk memperkuat pertahanannya.
Putin bahkan memerintahkan kepala pertahanannya untuk menempatkan "pasukan penangkal" nuklir dalam siaga tinggi pada Minggu (27/2/2022).
Putin menuduh Barat mengambil langkah-langkah "tidak bersahabat" terhadap negaranya.
Sementara itu,Moskwa sendiri punya gudang senjata nuklir terbesar kedua di dunia dan sejumlah besar rudal balistik yang membentuk tulang punggung pasukan penangkal negara itu.
Sama seperti diNATO, sebagian dari senjata nuklir Rusia berada dalam kesiapan konstan dan “dapat diluncurkan dalam waktu 10 menit”, kata Marc Finaud, pakar proliferasi nuklir di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa, melansirAl Jazeera, Minggu (28/2/2022).
Sebagian besar analis mengatakan bahwa menggunakan opsi nuklir adalah langkah putus asa akibat kemunduran militer Rusia sejak menyerang Ukraina pekan lalu.
Meski begitu, dampak bom nuklir tidak main-main seperti yang dialami Hiroshima yang hancur karena ledakan atom yang dijatuhkan pesawat milik Amerika, bernama Enola Gay, pada 1945.
Hiroshima menjadi pilihan karena kemungkinan bom dapat menyapu keseluruhan daerah dan efek yang ditimbulkan dari ledakan sudah dapat diprediksi.
Meski begitu, satu dekade setelah serangan ke Kota Hiroshima, efek jangka panjang mulai dirasakan oleh korban selamat.
Insiden penyakit kanker terus meningkat sejak 1956. Ternyata meningkatnya tumor dan kanker yang terus meningkat akibat dari resiko paparan radiasi dari bom atom.
Tak hanya itu saja, efek yang paling mematikan yang dihadapi ialah leukemia.
Penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak. Meningkatnya kasus leukemia pada anak-anak muncul setelah dua tahun pascaledakan dan terus bertambah.
Dicatat sekitar 1900 kematian oleh sebab kanker.
Berdasarkan sebuah penelitian di bidang epidemiologi oleh Radiation Effects Research Foundation dari tahun 1950 hingga 2000, setidaknya 46 persen kematian diakibatkan karena leukemia dan 11 persen kematian akibat kanker disebabkan oleh paparan radiasi.
(*)