Intisari-online.com - Operasi militer khusus yang dilakukan Rusia ke Ukraina telah mengejutkan seluruh dunia.
Bahkan Rusia tetap nekat melakukan operasi militer tersebut, meski sudah ditentang PBB, hingga diberi sanksi oleh Barat.
Pada kenyataannya, Rusia tetap menjalankan operasi tersebut tanpa rasa gentar, bahkan tanpa takut dengan negara manapun.
Siapa sangka Rusia memang memiliki persenjataan militer yang mumpuni bahkan disebut-sebut memiliki senjata kiamat warisan Uni Soviet.
Menurut Vintage News, Rusia kemungkinan masih memiliki senjata rahasia alias senjata pamungkas yang disebut dengan "Dead Hand" atau dengan nama ilmuah "Perimeter".
Senjata kiamat paling rahasia yang keberadaannya masih menjadi laporan misterius sejak Perang Dingin.
Persaingan epik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet selama Perang Dingin telah berkali-kali menempatkan dunia dalam bahaya perang nuklir habis-habisan.
Investasi melebihi angka yang bisa dibayangkan dibuat untuk produksi berbagai rudal, hulu ledak, dan silo.
Kedua negara membangun kompleks bawah tanah yang sangat besar, menempatkan senjata pemusnah massal mereka dalam mode siaga, karena perang antara negara adidaya terus-menerus mengancam untuk menghapus umat manusia dari muka bumi.
Pertanyaannya adalah-siapa yang berani menyerang lebih dulu?
Pada awal 1980-an, ketegangan meningkat antara kedua negara ke tingkat yang mirip dengan selama Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962.
Dengan pengembangan rudal balistik antarbenua Trident C4 canggih Amerika yang mampu diluncurkan dari kapal selam.
Uni Soviet menyadari ancaman serangan serangan pertama dari laut, karena kapal selam musuh dapat diam-diam mendekati pantai.
Ketakutan terbesar mereka adalah bahwa AS bermaksud untuk menerapkan strategi pemenggalan kepala, yaitu serangan mendadak yang tepat di ibukota.
Serangan yang dimaksudkan untuk menghilangkan kepemimpinan puncak Soviet.
Hal ini berpotensi membuat ibu kota tidak mampu memberikan respon balasan yang memadai.
Jadi, sebuah protokol diperkenalkan, didukung oleh teknologi canggih bersama dengan pejabat tinggi Angkatan Nuklir Strategis dan tokoh-tokoh penting lainnya yang biasanya mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal.
Jika terjadi serangan ke Moskow, sistem komputer yang terhubung dengan silo rudal Soviet akan memulai rangkaian pembalasan.
Sejumlah rudal akan diluncurkan secara otomatis di berbagai kota dan titik strategis di seluruh AS.
Konon senrangan itu bisa meratakan Amerika bahkan mempengaruhi seisi bumi, dengan semua hulu ledak nuklir Uni Soviet yang tersisa, meski seluruh Soviet sudah diratakan habis oleh Amerika.
Sistem itu bernama Perimeter tetapi bahasa sehari-hari dikenal sebagai "Dead Hand" karena perannya dalam potensi dampak serangan nuklir.
Berdasarkan sistem sebelumnya yang disebut Signal yang membutuhkan otorisasi manual untuk diluncurkan, Perimeter mengambil langkah lebih jauh dengan menjadi sepenuhnya otomatis.
Itu disusun agar pembalasan harus dilakukan, apa pun yang terjadi.
Bahkan saat ini sedikit yang diketahui tentang sistem kontrol senjata nuklir otomatis Perimeter , karena sangat dirahasiakan oleh pejabat Soviet.
Kompleks bunker bawah tanah terletak di selatan Moskow bersama dengan fasilitas cadangannya.
Runtuhnya Uni Soviet menjelaskan cara kerja sistem, tetapi masih banyak perbedaan yang muncul dalam wawancara dengan orang-orang yang terlibat dalam proyek tersebut.
Pada dasarnya, dalam krisis, prosedurnya adalah sebagai berikut: seorang pejabat militer berpangkat tinggi akan mengirim pesan kode ke bunker, segera menyalakan "Dead Hand".
Satu set sensor permukaan tanah kemudian akan mulai mengukur parameter seperti aktivitas seismik, radioaktivitas, dan tekanan udara.
Jika pembacaan menunjukkan bahwa ledakan nuklir sebenarnya telah membakar Moskow, Dead Hand akan tahu apa yang harus dilakukan.
Serangkaian roket kemudian akan diluncurkan, berfungsi sebagai pemancar, mengizinkan rudal di seluruh Uni Soviet untuk memulai hitungan mundur mereka.
Semua rudal yang tersedia di silo, kapal selam dan pesawat pengebom kemudian akan digerakkan dan menuju target mereka.
Penelitian tentang sifat perangkat kiamat dilakukan oleh Terry Gross dan David Hoffman pada tahun 2009.
Kedua ilmuwan menyimpulkan bahwa fasilitas bawah tanah di selatan Moskow memiliki tiga petugas staf yang bertanggung jawab untuk meluncurkan roket secara manual yang akan digunakan sebagai pembalasan.
Hoffman mencatat dalam artikelnya bahwa Soviet memang bermaksud membuat Perimeter sepenuhnya otomatis, dan mampu melakukannya, tetapi mengabaikan gagasan itu karena takut nasib dunia berada di tangan komputer.