Penulis
Intisari-Online.com – Suatu hari di akhir tahun 1840-an, Putri Alexandra Amelia, yang ketika itu berusia 23 tahun, putri dari Raja Ludwig I dari Bavaria yang baru saja turun takhta, sedang berjalan melalui koridor istana keluarga.
Wanita muda yang obsesif dan sangat cerdas itu mengenakan pakaian warna putih, terlihat bersikap lebih aneh dari biasanya.
Alexandra Amelia sedang berjalan menyamping melalui ambang pintu dan lorong-lorong labirin, berjingkat-jingkat, dan dengan hati-hati memutar tubuhnya agar tidak ada yang menyentuhnya.
Ketika ditanya oleh keluarganya apa yang dilakukannya, Putri menjelaskan bahwa dia baru saja menemukan sesuatu yang luar biasa.
Dia telah menelan sebuah piano berukuran besar yang seluruhnya terbuat dari kaca, dan sekarang ada di dalam tubuhnya, yang akan hancur jika dia membuat gerakan tiba-tiba.
Fiksasi aneh Alexandra Amelia bukanlah gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Nyatanya, ini seperti tradisi panjang para bangsawan, yang percaya bahwa semua atau bagian tertentu dari tubuh mereka terbuat dari kaca bening dan rapuh.
Dikenal sebagai ‘delusi kaca’, penyakit psikologis ini pertama kali tercatat pada Abad Pertengahan, sangat umum terjadi sebelum punah pada akhir abad ke-19.
Sangat terkenal sehingga disebutkan oleh Rene Descartes, Denis Diderot dan dalam ringkasan medis cendekiawan Robert Burton tahun 1621, Anatomy of Melancholy.
Pasien pertama yang tercatat menderita delusi adalah Raja Charles VI (1368-1422) yang naik takhta Prancis pada usia 11 tahun.
Dia tampan, yudisial, dan karismatik, merampingkan birokrasi kerajaan dan mengelilingi dirinya dengan penasihat tercerahkan, hingga dijuluki Charles ‘yang tercinta’.
Tetapi pada tahun 1392, dia mengalami gangguan psikotik, yang diyakini sebagai manifestasi skizofrenia pertamanya, yang menyebabkan episode kekerasan sporadis dan periode inersia, hingga kebingungan selama sisa hidupnya.
Charles ‘yang terkasih’, sekarang lebih dikenal sebagai Charles ‘yang gila’, dia percaya bahwa tubuhnya seluruhnya terbuat dari kaca.
Agar dirinya tidak ‘hancur’, maka Charles tidak bergerak selama berjam-jam, terbungkus tumpukan selimut tebal, ketika harus bergerak, dia mengenakan pakaian khusus, termasuk ‘tulang rusuk’ besi untuk melindungi organ kacanya.
Banyak yang menderita delusi kaca, termasuk Putri Alexandra Amelia dan Raja Charles VI, dianggap sebagai oran gluar biasa dengan kecerdasan dan kecerdikan yagn luar biasa.
Penggambaran korban gangguan yang luar biasa pintar ini muncul dalam drama dan sastra populer selama berabad-abad, dalam cerita pendek Miguel de Cervantes El Iiceciado Vidriera (dikenal secara beragam dalam bahasa Inggris sebagai The Glass Graduate, Doctor Glass-Case, dan The Glass Lawyer), diterbitkan pada 1613.
Di dalam kisahnya, melansir History, seorang pengacara muda brilian bernama Tomas Rodaja menjadi korban ramuan cinta yang membuatnya percaya bahwa dia terbuat dari kaca.
Apa sebenarnya penyebab dari manifestasi penyakit mental yang aneh ini?
Para cendekiawan saat itu, termasuk Burton, mengaitkannya dengan diagnosis melankolis yang sekarang dideskreditkan, semacam depresi, yang dikaitkan dengan aristokrasi dan kejeniusan.
Psikologi kontemporer berspekulasi bahwa mempercayai seseorang adalah kaca bisa menjadi cara untuk mengekspresikan betapa rentan, rapuh, dan terbukanya perasaan mereka dalam posisi publik mereka.
Itu adalah cara untuk mengekspresikan kemanusiaan, kepekaan, dan mungkin keinginan untuk dibiarkan sendiri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari